Sabtu, 20 Desember 2014

Pelangi Malam Hari : Penantian Itu Nyata



Penantian Itu Nyata
         
            Setelah kejadian itu Maya dan Gilang tak pernah lagi menjodohkanku dengan siapapun. Mereka juga merasa bersalah padaku. Mereka tak marah, aku beruntung. Semenjak kejadian itu aku tak berniat lagi untuk cari pacar. Sekarang aku lebih menikmati hari-hariku dengan kesendirian. Aku lebih nyaman. Terima kasih David sudah pernah jadi orang yang berharga untukku semoga kamu langgeng dengannya.

Aku masih tetap Raya yang sama, dengan julukan yang sama pula. Yang beda sekarang hanya sikapku yang mulai cuek. Aku lebih memilih mengasingkan diri kalau bukan keperpustakaan, ke kantin yang duduk dikelas sambil bengong. Hidup yang sanga sempurna. Raya, manusia sinting yang tiba-tiba jadi super pendiam. Mungkin beginilah rasanya ditolak.

Nikmatilah hidup Raya, lakukan yang ingin kamu lakukan. Jangan berhenti sampai disitu saja, ayo bangkit jangan cuma bengong saja tiap hari. Nikmati hiduplah. Itu kata hati aku, tapi rasanya sulit sekali melakukannya.

* * *

”Raya, semangat dong. Kamu harus semangat belajar, sebentar lagi kita ujian nasional. Please, jangan pikirkan hal yang kemarin”

” iya May……”

” aku yakin sahabatku pasti bisa move on”

Aku hanya tersenyum. Gara-gara aku galau, aku jadi lupa dengan ujian nasional. Aku harus bisa. Mama juga sering menegurku, aku jadi lebih banyak duduk diam dirumah daripada membaca buku dan belajar. Aku jadi ingat teguran mama.

”Sayang, kamu kenapa ?” tanya mama

” tidak apa-apa kok ma…”

” kalau sakit kamu bilang dong”

”aku nggak apa-apa mama”

Aku menghela nafas

”tu kan, menghayal lagi”

”nggak May, aku jadi ingat kata-kata mama”

”mama kamu pasti negur kamu kan”

”iya May, aku jadi bulan-bulanan selama dirumah”

”kalau begitu entar kita jalan yuk, pokoknya kamu harus mau. Kita jalan berdua saja, Gilang nggak ikut kok”

Maya tiba didepan rumah dengan setelan jaket tebal dan motor merah hitam kebanggaannya. Dia melambaikan tangan padaku. Terlihat Mama menyuruh Maya masuk kedalam rumah. Akupun bergegas turun ke bawah.

 “ hai miss galau” Ucap Maya sambil tersenyum

Aku tersenyum mendengar ucapan itu. Mama dan bapak juga ikut-ikutan tertawa. Dengan sigap Maya mendekatiku lalu menarikku keluar rumah.

“ hati-hati ya sayang…” ucap mama sambil tertawa

“ ok tante….”

Sampai didepan rumah, Maya mendekati motornya dan menyodorkan helm untukku.

” pake nih, entar kepalamu disita polisi lagi”

” May, jangan ngebut” nasehatku pada Maya

Maya harus tersenyum padaku. Motorpun melaju dengan kecepatan sedang. Angin bergerak menghembus wajahku, sejenak ku hilangkan sedih dalam hatiku, begini ya rasanya galau kataku dalam hati. Bibirku menyunggingkan senyum, apakah jatuh cinta itu akan lebih dari dari rasanya ditolak orang yang kita suka. Kalau efek dari suka seperti ini, bagaimana rasanya cinta ? aku jadi takut membayangkannya. Tuhan jika aku ditakdirkan bertemu seseorang cukup satu kali aku mencintainya, cukup sekali aku hidup dengannya, sekali untuk seumur hidupku.

” Hoi, ngayal lagi nih anak” tegur Maya mengagetkanku

Aku menatapnya dan melihat sekeliling, rupanya sudah sampai, kenapa aku tidak sadar ? tanyku dalam hati. Aku lalu bergegas turun dari motor. Dan mengikuti Maya masuk kedalam. Rupanya dia mengajaknya ketempat karoke, dasar Maya. Buat apa dia mengajakku datang ketempat seperti ini ?. Maya sibuk berbicara dengan pegawai klub karoke.

” Ray, minta ktp dong” tutur Maya padaku

” Ktp ? untuk apa May ? kenapa nggak pake ktp kamu saja ?”

” udah, kasih aja”

Aku lalu mengeledah tasku dan mencari ktp dalam dompetku. Dan aku berikan kepada Maya. Setelah sibuk berdiskusi dengan pagawai club karoke, kamipun diminta untuk ikut dengannya, seperti biasa, aku dan Maya sebenarnya sudah sering datang ketempat karoke, tapi tempat yang kami datangi masih baruku untukku. Jadi aku hanya tinggal mengikuti Maya. Kamipun sampai dilantai dua dan masuk ke ruangan yang telah kami sewa.

” makasih mbak” ucap Maya dengan senyum sumringah

Aku duduk diam dikursi. Malas sekali aku datang ketempat ini.

” nggak usah nyesel ikut dengan aku” kata Maya

”nggak kok” jawabku malas

” nikmati aja, nih micnya kamu harus nyanyi” sahutnya

Aku lalu mengambil mic dan memilih lagu lalu menyanyikannya. Satu lagu, dua lagu, tiga lagu, empat lagu, delapan lagu cukup membuatku semakin bersemangat untuk mengeluarkan suara dan menikmati alunan lagu. Menikmati malam yang semakin larut, tenggelam dalam keriuhan siuara music, berteriak-teriak tanpa henti. Aku mulai tertawa terbahak-bahak, larut dalam setiap lagu.Rasanya bebanku jadi lebih ringan. Maya melompat-lompat girang dihadapanku, meniru setiap gaya penyanyi, sesekali dia menghela nafas. Aku semakin bersemangat menyanyikan lagu, entah berapa lagu yang aku nyanyikan hingga membuatku menjadi lelah dan duduk lemas diatas kursi. Lega rasanya berada ditempat ini, aku jadi lupa bebanku.

” May, pulang dari sini kita makan yuk” teriakku pada Maya

” ya udah kita balik sekarang yuk”

Kami pun keluar ruangan dan menuju kasir. Didepan kasir kami menyerahkan struk ruangan, pegawainyapun menyerahkan tagihan kepada Maya. Maya mulai menggeledah tasnya. Aku tampak curiga, jangan-jangan Maya lupa sesuatu ?

” Raya, kamu bawa duit berapa ?” bisik Maya padaku

“ memangnya kenapa May ?” tanyaku padanya

“ aku lupa bawa dompet Ray, cepeten, mbaknya nanti curiga lagi”

Akupun membuka dompet, uang yang tersisa tinggal dua ratus ribu, lalu kusodorkan pada Maya.

“ tagihannya brapa May ?” bisikku padanya

“ tiga ratus ribu Ray”

“ cukup nggak, uangku tinggal segitu May, jangan gila dong bisa-bisa kita di marahi nih ?”

Maya merogoh saku celananya, dan mendapati uang seratus lima puluh ribu pecahan lima puluh ribu. Aku menghela nafas, syukurlah. Maya lalu menyerahkan uang itu kepada kasir. Setelah membayar tagihan, kamipun turun lalu beranjak keparkiran.

“ gila kamu, hampir saja kita di tending keluar dari tempat ini!” tuturku sedikit kesal

“ ya ampun Ray… sory deh, ya udah dong ngambeknya “

“ tapi kau lapar banget May….. mana duit usah abis gimana ?”

“ ya udah kita makan di warung mas Jojo aja, kan kalau kurang gampang bayarnya” kata Maya padaku

Aku mengangguk pelan lalu duduk di atas motor, motorpun melaju kembali, kali ini kami akan singgah di warung mas jojo. Mumpung mas Jojo langganan jadi kami bebas makan dan kapan pun kami membayarnya. Sepulang dari warung mas Jojo, kami pun bergegas pulang ke rumah. Angin malam membuat aku lebih merasakan dingin yang tak biasa, aku lirik jam yang kusematkan ditanganku, rupanya sudah jam 2 subuh pantas saja dingin. Jalanan Makassar jam segini, lumayan lengang, hanya ada beberapa kendaraan yang bergerak dijalanan. Tiba-tiba aku tertawa mengingat kejadian yang tadi, bagaimana mungkin kami sampai lupa waktu begini. Mendengar tawaku, Maya meledakkan tawanya lebih keras dariku. Kami menertawai kebodohan kami, untung saja aku tak pernah lupa bawa dompet, kalau tidak bagaimana jadinya ? pasti konyol sekali. Sudah kehilangan uang banyak, dan mengutang dengan mas Jojo. Dasar Maya, kali ini gara-gara kebodohanmu kita hampir ditendang dari tempat karoke tadi. Aku tertawa semakin lepas, aku merentangkan tangan, menikmati setiap hembusan angin. Kau tahu bahkan aku tidak ingin melewatkan hal sekecil apapun tanpa sahabatku, saat ini dia benar-benar menjadi satu-satunya orang yang paling mengerti aku. Maya, semoga persahabatan kita akan selamanya seperti ini.

* * *

Hari-hari aku habiskan dengan membaca buku dan mengerjakan latihan ujian Nasional. Aku jadi lupa dengan David. Aku harus lebih berfokus dengan ujian, kali ini aku harus berhasil mendapatkan setidaknya peringkat tiga. Akupun memutuskan untuk meluangkan banyak waktu duduk diperpustakaan dan mulai banyak bertanya dengan guru mata pelajaran.

Ujian praktek minggu depan akan dimulai, guru mata pelajaran sudah menyerahkan paper individu, beserta bahan dan alat praktek. Semuanya harus siap dua hari sebelum praktek dilakukan. Akupun sibuk dengan paper individu, kali ini aku lebih baik.  Setelah sibuk dengan paper, akupun beralih mengumpulan bahan praktek dan mempelajari tata kerjanya. Waktu yang tersisa tinggal satu hari lagi, besok aku harus mengumpulkannya di ruang lab. Malam ini akupun tidur, mataku sudah terasa bengkak, akhir-akhir ini aku jadi kurang tidur karena harus mengerjakan paper setiap mata pelajaran yang akan di uji. Beberapa kali aku menguap. Kuputuskan untu tidur setelah bahan praktekku siap diatas meja.



* * *

Pagi-pagi aku sudah berangkat ke sekolah, membawa tas besar dipunggungku beserta kantongan bahan praktek. Setelah tiba disekolah akupun bergegas masuk kedalam ruang lab. Aku sudah siap dengan ujian lab hari ini. Seminggu lagi ujian sekolah, aku harus belajar lebih giat, sejam didalam lab, ujianpun selesai. Aku bergegas menuju kantin kesekolah dan membeli sebotol air mineral lalu kembali kedalam kelas.

“ gimana prakteknya ?”

Aku menoleh ke arah samping, Maya. Aku tersenyum padanya, ia membalas senyumku. Tanpa bertanya ia beranjak kehadapanku lalu menarikku keluar ruangan.

“ kemana Maya ?” tanyaku

“ ikut aja” tuturnya padaku

Ia menggandeng tanganku, kali ini aku hanya bisa mengikutinya tanpa berkata banyak padanya, tubuhku benar-benar lelah usai lab tadi, sejam berkutat dengan ujian praktikum. Maya, kemana lagi bisikku dalam hatiku. Kami berjalan keluar sekolah, menuju lapangan besar samping sekolah, udara disini benar-benar sejuk, ini salah satu tempatku dan Maya duduk bersantai selama tiga tahun berada di sekolah. Maya mengajakku duduk di bawah pohon yang cukup rindang. Sejenak ia hanya diam tanpa berbicara kepadaku, dan sesekali tersenyum. Akupun duduk dan diam disamping Maya, persis seperti apa yang dilakukannya.

“ sebenarnya ada seseorang yang ingin bertemu kamu Ray” ucapnya membuka pembicaraan

Aku memandangnya. Kali ini aku bisa menebak siapa orang itu, tak lama kemudian David muncul dihadapanku. Sudah kuduga Maya lagi-lagi mempertemukanku dengan David. David tersenyum ringan padaku, aku membalas senyumannya. Maya bergegas meninggalkanku dan David. Kali ini suasana berubah.

“ apa kabar ?” tanya David padaku

Segan ku ucapkan kata padanya, aku berpura-pura tidak mendengar. David lalu menyentuh pundakku dan mengulang pertanyaannya. Akupun menjawabnya. Aku tidak mengerti, kenapa dia harus muncul lagi, bukankah semuanya sudah berakhir ? aku sudah lupa dengannya dan masalah yang kemarin, kenapa dia selalu saja datang ? lama-lama aku merasa tidak enak dengan kondisi ini, tapi aku berusaha bersikap santai dihadapannya, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

“aku minta maaf Ray, atas semuanya”

Aku mengangguk pelan, lalu kutatap wajahnya berusaha membenarkan anggukanku

“ sudah lupakan yang sudah-sudah, kita tetap sahabatkan ?” tanyaku padanya

Ia lalu mengangguk, wajahnya sedikit terlihat kecewa dengan kata sahabat yang kuucapkan.

“ aku masuk dulu Dav, tenang sahabat tetap sahabat” tuturku dengan senyum.

Akupun berlalu dihadapannya, perasaanku sedikit tidak enak, tapi apa boleh buat aku tidak mau terlalu membebani fikiranku lagi dengan masalah yang kemarin, apapun itu. Semuanya sudah lewat, dan sudah aku jadikan pelajaran yang berharga. Kecewa mengajarkan kita untuk bisa bediri lagi dan melewati semuanya.

* * *

Good by Senior High School. Ujian sekolah dan UAN telah selesai beberapa dua bulan yang lalu. Hari ini pengumuman kelulusan. Aku dan Maya berjalan melewati koridor sekolah menuju aula. Hari penantian tiba juga. Maya menggenggam tanganku lebih erat rupanya dia ketakutan.

“May, udah deh nggak apa-apa, kita pasti lulus kok, kamu tenang ya….” Ucapku menenangkan Maya

“ thanks ya Raya, kamu memang paling bisa buat aku tenang” ucapnya tersenyum

Kami pun memasuki aula sekolah, ramai sekali semua murid angkatanku dikumpulkan di aula ini. Pengumuman akan dimulai 5 menit lagi. Aku juga mulai deg-degan. Tuhan moga saja hasilnya bagus. Amiin……..

Kepala sekolah mulai berpidato didepan. Sepuluh menit terasa sejam. Aku mulai tegang. Kepala sekolah pun menghimbau kepada semua wali kelas agar mengambil posisinya masing-masing. Beliau juga menginstruksikan untuk membagikan amplop pengumuman. Ibu Dian pun menyebutkan nama kami satu persatu. Kini gilaran namaku dan Maya disebut. Tapi kami belum boleh membuka amplop itu. Setelah semua siswa mendapatkan amplopnya masing-masing. Kepala sekolah mempersilahkan kami untuk membuka amplop. Perlahan-lahan aku buka amplopku. Jantungku berdegub kencang. Takut melihat apa isi amplop ini. Lalu aku baca isinya. Alhamdulillah aku lulus. Masih seperti biasa aku tetap saja kalem. Langsung sujud syukur. Maya memelukku erat, kami akhirnya lulus SMA. Senang sekali rasa.

Dan hari terakhir kalinya aku dan Maya memakai seragam. Bahagia juga tapi sedih karena sebentar lagi aku bakalan pisah dengan teman-teman SMA ku. Semua orang berbahagia. Aksi corat coret pun dimulai. Seneng banget. Aku dapat coretan paling banyak.

Masa SMA yang menyenangkan akhirnya habis terbawa waktu. Aku jadi teringat kenangan-kenagan manis disini. Tiga tahun yang lalu, menjadi murid baru. Bau ruangan kelas baru, teman-teman baru, guru baru. Aku juga tidak akan pernah lupa, hukuman pak Yos, kakiku sampai-sampai bengkak dibuatnya, lari 20x putaran lapangan. Ini semuanya gara-gara ulah Maya. Tapi, hari itu akan tetap aku ingat sampai kapanpun. Sekarang, sudah waktunya berganti musim baru, semoga saja aku bisa menikmati hari-hari yang seperti ini di waktu yang akan datang. Akupun bergegas pulang, melewati koridor sekolah, aku tersenyum menatap seluruh ruangan sekolah. Mataku berbinar, perasaan sedih tentu saja ada, tapi sudah waktunya aku bergegas, masih ada jalan yang harus aku tempuh.

“ Raya, salam dari David, katanya selamat kamu lulus “kata Maya

“ Hm, iya May, salam juga buat David “ jawabku sedikit canggung.

Aku selalu sedih jika mengingat David. Bayangan itu pasti muncul lagi. Aku jadi sedih lagi jika ingat tentang dia. Pertemuanku yang terakhir setelah ujian lab. David apa kabar ? apakah dia masih tersinggung dengan ucapanku waktu itu. Apakah salah menganggapya sebagai sahabat ?

* * *

“ jadi kamu mau kuliah Sastra di Bandung ya May ?”

“ iya Raya.. kamu kan tahu aku senengnya sama sastra bahasa Indonesia. Lagi pula aku kan tinggal sama Ayahku disana. Jadi kamu tak perlu khawatir Ray..”

“ iya May, sedih tau nggak pisah sama kamu…” mataku mulai merah

“ Raya jangan nangis dong… kan kalau liburan aku bakalan balik lagi kan “ kata Maya sembari memelukku.

“ Maya…..” tangisku mulai terdengar.

“ lagian sih kamu ambil jurusan ………….. ? pake acara tinggal di asrama lagi. Coba kalau kamu nggak ambil jurusan itu dan tinggal di asrama, aku nggak bakal ke bandung untuk studi kan..” kata Maya sambil menertawaiku

“ iya deh, aku yang salah abisnya aku bebas tes untuk itu kan May..”

“ aku juga sama, aku juga lulus jurusan itu kan, jadi kita sama-sama”

“ iya….” Kataku sambil tertawa.

Ujung-ujungnya tangis itu berubah jadi tawa. Ah Maya, kamu memang sahabatku yang terbaik. Apa mungkin aku bisa dapat sahabat yang sama sepertimu. Aku akan sangat merindukanmu Maya.

“ oh iya, Ray.. besok jadikan ikut ke bandara ?” tanya Maya padaku

“ iya bu…,” jawabku singkat

“ tapi besok jangan nangis lagi. Entar aku nggak jadi pergi lagi gara-gara kamu” kata Maya menggodaku.

“ siap bu…… Gilang ngantarin kamu kan ?”

“ iya dong, kalau sampai enggak. Habis tuh anak gue cakar. Eh Ray…. Kamu dapat salam lagi dari David. Kayaknya dia susah lupain kamu deh Ray, walaupun dia udah punya pacar.” Kata Maya padaku.

Aku hanya tersenyum takut salah kalau menjawab. Biarlah, david adalah masa lalu. Aku tak bisa mengingatnya terus. Aku juga punya hal penting lain yang harus aku perhatikan. Waktu untuk David sudah selesai, ini saatnya untuk Waktu-waktu yang lain.

“ Ray, kamu dapat salam dari satpam kampus”

“ hahahah…. Bisa saja kamu” jawabku tertawa, ternyata celotehan itu tidak pernah bisa ia hilangkan.

* * *

Hari ini kuliah perdana dimulai. Sedih Rasanya Maya tak kuliah di sini bersamaku. Dia lebih memilih untuk kuliah dibandung. Kebetulan koperku masih ada diparkiran, Mang Diman belum menelfonku untuk mengantarkannya.Aku mulai berkeliling-keling dikampus ini sambil memegang denah ruang administrasi di tanganku, aku sedikit kebingungan dengan denah ini. Bapak dan Mama hari ini tak bisa mengantarku. Kebetulan kakek lagi sakit jadi mereka berangkat ke rumah kakek.

Aku berjalan kearah taman kampus. Lumayan sepi dan tanpa sengaja aku melihat cowok dengan tas gitas dibelakangnya. Rasanya aku mengenalnya. Tapi dimana ya ?. Dia berjalan ke arahku lalu tersenyum. Akupun membalasnya. Apa dia salah satu mahasiswa seni ya ?. entahlah.

“ Arnold,,” ucapnya sambil mengelurkan tangan padaku

“ Raya….” Jawabku.

Ia lalu pergi meninggalkanku begitu saja. Dasar aneh. Baru saja aku mau bertanya ruang administrasi dimana, kali saja dia tahu. Aku hanya memperhatikan punggungnya. Dia berbalik,

“ lurus saja, didepan ada belokan, belok kiri. Itu ruang administrasi” katanya memberi petunjuk.

Bravo ! tebakannya benar-benar jitu. Thanks ya ucapku dalam hati. Tangannya mengangkat ke atas. Kali ini mengisyaratkan padaku welcome Raya. Hahaha… dia hebat, kenapa tiba-tiba aku tertawa ya ?. Baru kali ini aku merasakan perasaan yang aneh. Ini kali pertamanya aku bertemu dengan cowok misterius. Bukan-bukan tapi cowok Sok Misterius.

* * *

            Benar-benar melelahkan. Akhirnya beres juga kamarku. Sekarang aku tinggal ke Minimarket untuk mengisi kulkas kamarku. Kampus ini punya Asrama dan semua mahasiswa tinggal di asrama ini. Asrama kampus benar-benar besar. Asrama ada dua, khusus perempuan dan laki-laki. Satu mahasiswa satu kamar, katanya sih supaya, tidak ada mahasiswa yang saling berebutan barang didalam asrama. Satu kamar di asrama ini punya kamar mandi, meja belajar, tempat tidur mini, dua sofa berukuran kecil, dapur mini dan kulkas. Untuk barang lain mahasiswa boleh membawanya. Tapi untuk listriknya mahasiswa bayar sendiri-sendiri. Masa udah dikasih tempat gratis, minta dibayarkan pula lagi. Aku bersiap-siap berangkat ke mini market dekat kampus. Lumayan lah jarak tidaknya terlalu jauh, jadi tidak perlu naik angkutan umum. Senang juga sih, asrama bisa ngajarin aku buat mandiri. Kalau butuh sesuatu aku harus lakukan sendiri. Tidak seperti dirumah, yang bisa minta bantuan mama dan bibi. Disini semuanya serba sendiri. Baguslah. Tapi yang jadi masalah aku susah bangun pagi. Makanya, setiap pagi aku minta mama buat telfonin aku.

            Bip… bip…. Bip…. Telfonku bunyi. Itu pasti mama.

            “ assalamualaikum, tukang tidur…” ucap mama di ujung telfon

            “ hm…”

            “ gih bangun sana. Subuh sudah habis tuh”

            “ Hm….”

            “ Raya…. Bangun nak”

            Dengan posisi mata masih tertutup, aku berjalan menuju kamar mandi. Capek, gara-gara kemarin kali ya. Seperti biasa umat yang baik itu harus melakukan kewajibannya. Dan itu yang aku lakukan.

* * *

            “kamu terlambat Najwah, ini sudah minggu ke berapa ?” tegur pak Ridwan padaku.
            “ ma… maaf pak. Ini kali terakhir kok pak…” jawabku memelas.    

Pak Ridwan, menggeleng. Untunglah pak Ridwan masih mau memaafkanku. Sukses berat hari ini, beradaptasi dengan Suasana baru benar-benar susah. Seminggu dihukum ternyata tak membuatku jera. Huft, terlambat lagi, ini sudah minggu kedua hari selasa, aku masih terlambat juga. Dan ini peringatan terakhir dari pak Ridwan, karena aku selalu terlambat di mata kuliah yang sama. Akhirnya sebagai mahasiswa yang baik hati harus dihukum membersihkan buku-buku perpustakaan selama seminggu.

Kebiasaanku sejak SMA tak pernah berubah, Maya juga selalu mewanti-wanti aku. Tapi rasanya sulit untuk merubah kebisaan burukku ini. Dan sebagai imbalannya, aku harus mendapatkan hukuman dari pak Ridwan. Aku jelas harus mengaku salah, mahasiswa baru dengan julukan ratu terlambat.

Setelah mata kuliah pak Ridwan selesai, aku bergegas menuju perpustakaan kampus. Pak ridwan menitipkanku surat untuk ibu Rita, petugas perpustakaan. Setelah menyodorkannya, aku langsung di beri sapu dan kemoceng. Akupun berbisik dalam hati. Raya, ini hari terakhir kamu terlambat. Supaya tidak bosan aku memasang headset ditelinga sambil dengar musik. Baguslah setidaknya, membersihkan ruangan perpustakaan jadi lebih menyenangkan, benar-benar ampuh. Seminggu lumayanlah untuk Raya, hitung-hitung olahraga gratis.

* * *

            “ Raya, sudah dapat informasi belum ?” Tanya Marinka, sahabat baruku sekaligus tetangga kamarku.

            “ Info apa Mar ?” tanyaku kembali padanya.

            “ info acara kampus”

            “ memangnya kampus ngadain acara apaan Mar ?”

“ itulah, jadi orang jangan jadi tukang molor, kamu tuh jam istirahat bukannya digunain untuk hal yang lain malah disalahgunakan untuk tidur, jadinya kamu tuh kufor banget”

            “ kufor ? ”

“ kurang informasi Raya “

“ ya deh, info apaan?”

“ hari minggu besok, kampus ngadain acara ramah tamah gitu”

“ so, acara ramah tamahnya dimana ? di kampus sajakan ?”

“ hm, kali ini nggak”

“ Loh “

“ acara kali ini out dor, semacam camping lah. Pokoknya senior bikin acara ramah tamah ini beda dari yang lain. Tapi untuk masalah tempatnya masih dirahasiakan”

“memangnya kenapa juga mesti dirahasiin ?”

“ au ah gelap… lain kali, jangan suka tidur dalam kelas, ya udah balik kamar dulu ya Raya sayang tukang tidur, dadah….met bobo, aku sudah ngantuk nih”

“ tapi Mar, aku belum selesai bertanya”

Marinka melambaikan tangan lalu tersenyum meledekku. Dasar anak tengik, umpatku sambil tertawa. Tapi ada benarnya juga, kalau begitu besok aku harus mencari informasi lagi. Mulutku mulai menguap, sambil mereganggangkan otot-otot badanku, aku berjalan masuk kedalam kamar dan mengunci pintu. Tiga detik di atas tempat tidur membuatku tidur dalam sekejap. Aku berbisik pelan, besok jangan lupa cari informasi Raya.

* * *

Tepat jam Sembilan aku sudah berada didepan papan pengumuman dan membaca selebaran info acara ramah tamah. Acara ramah tamah benar-benar diadakan di outdor. Alasan kampus mengadakannya karena ini permitaan dari mahasiswa angkatanku, yang butuh acara tamah yang lebih santai. Kampus pun sudah menetapkan tanggal pelaksanaannya. Untung kemarin Marinka memberitahuku kalau tidak, aku akan jadi satu-satunya mahasiswa baru yang tidak mengikuti kegiatan ini.

Aku tertawa, apa-apaan aku ? info penting seperti ini hampir terlewatkan olehku. Kupercepat langkahku keperpustakaan kampus. Kebetulan hari ini, kuliah baru mulai jam 11 nanti, jadi aku masih bisa mngerjakan tugas yang belum kukerjakan semalam.

* * *

Udara di daerah ini cukup segar, pepohonan masih rindang. Baris-baris bunga juga tertata indah dibarisan bukit. Aku menatapnya dengan tatapan nanar dan biasa saja. Tak ada spesial. Apa karena aku kurang peka merasakan kehangatannya ?. Ada kegalutan yang masih lekat kurasakan. Aku merasa sendiri ditengah-tengah orang banyak. Sebenarnya perasaan apa ini ? aku tak tahu. Apa yang kurang dengan diriku. Aku tetap mencarinya, menyusuri jalan pikiran hatiku yang gelap-gelap memendam. Apa susahnya Raya tersenyum menatap hari esok. Itulah yang membuatku kacau. Aku selalu ingin ada seseorang datang dalam hidupku. Memberiku satu kebahagian, yang menjadi titik balik terang hatiku.

“ Raya, ayo.. kita bangun tenda disebelah sana yuk…..” ucap Marinka

Aku menggangguk saja padanya. Hari ini benar-benar tak istimewa. Aku menyibukkan diriku dengan membantu Marinka mendirikan tenda kami. Kebetulan satu tenda untuk dua orang mahasiswa. Semua angkatan mahasiswa baru berbaur di lapangan alam ini. Tentunya, tenda mahaiswa laki-laki berada di kiri dan perempuannya berada di sisi kanan. Tenda kami dipisah untuk menghindari kebiasaan buruk orang pacaran. Semua orang terlihat menikmati suasana ini. Tapi tidak denganku, aku terlihat biasa saja. Setelah tenda berdiri, aku meletakkan barang-barangku di dalam tenda. Mengambil hp dan headset, tentunya buku kambing jantang Raditya Dika yang baru ku beli beberapa hari yang lalu. Semoga saja buku ini bisa membuatku lupa dengan hal bodoh yang ku inginkan. Berharap punya pacar.

Setelah pamit pada Marinka, aku bergegas menuju tepi sungai, untuk sejenak istirahat disana. Mencari tempat yang teduh. Akhirnya aku menemukannya. Aku memilih tempat yang tepat dibawah pohon diatas sebuah bongkahan batu sungai, tepat dibawah kakiku air sungai mengalir pelan. Pasang headset ditelinga, lalu kubuka buku kambing jantang Raditya Dika. Sepuluh lembar isi buku ini membuatku tertawa terbahak-bahak. Gila, ada kambing bisa nulis, kambing jantan yang penuh dengan kesialan, tapi kesialan itu justru membawa berkah untukknya. Buktinya dia bisa jadi seorang penulis sekarang. Hebat, andai saja aku bisa menikmati hidup seperti dia, senang rasanya.

Matahari mulai tenggelam. Aku putuskan untuk beranjak dari tempat ini.

“ hai Raya…” ucap seseorang yang berada diseberang sana

“ hah ? “ jawabku

“ lupa ya sama aku ?” tanyanya padaku

Sebenarnya aku tidak lupa, hanya saja aku malas berbasa-basi dengan orang baru.

“ Lupa ya…. Aku Arnold”

Aku mengiyakannya. Dia adalah orang pertama yang aku temui waktu masuk kampus dulu. Ya jelaslah aku ingat. Kemudian aku mendekatinya.

“ ngapain disini ?” tanyaku padanya

“ Kamu sendiri?” lah dia balik bertanya padaku.

“ nggak, Cuma cari tempat yang tepat buat baca ini”

“ Raditya Dika ? buku apaan tuh ? Kambing Jantang ?” Tanyanya padaku

“ buku ini tuh, kayak diari gitu. Diambil dari blognya Raditya Dika”

“ ohw… jadi ini buku diangkat, dari blog ya”

“ kamu mau baca ?”

“ kamu sendiri sudah selesai belum bacanya ?”

“ belum “ ujarku sambil tertawa

Aku belum pernah begini sebelumnya, menghabiskan waktu setengah jam berbicara dengan orang yang baru aku kenal. Sedikit aneh aku merasa langsung akrab dengannya. Dia ternyata lucu juga. Kepribadiannya yang menyenangkan membuatku senang berbicara dengannya. Akupun memanfaat kesempatan ini, untuk membuat hari-hari diperkemahan menyenangkan, lalu kuputuskan untuk menerima ajakannya bertemu lagi esok harinya.

Sejak saat itu aku jadi sering bersama Arnold. Kadang kami jalan berdua, saling bercerita tentang hal-hal yang lucu. Menghabiskan waktu sepanjang hari berkenalan dengan mahasiswa lain, seperti tujuan kemah ini, ramah tamah yang sedikit lebih santai. Mekipun berbeda aku dan Arnold tetap menjalin persahabatan, kami berbeda agama, tapi justru dengan itu aku merasa lebih dekat dengannya, walaupun kami tak pernah membahas soal perbedaan itu. Tak jadi masalah selama kami masih bisa berteman baik, semua akan berjalan seperti biasanya dan akan baik-baik saja.

* * *

Hari ini adalah hari terakhir kami camping bersama, besok kami akan kembali ke asrama. Untuk acara hari ini kami bebas mengitari perbukitan ini mencari tempat yang bagus untuk sejenak bersantai. Marinka ada janji dengan Fahmi, aku pun memutuskan untuk berjalan-jalan sendiri. Menyusuri pinggiran sungai. Aku melihat semua orang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Hanya aku saja yang sendiri.

“ hai…” tegur Arnold

“ ah, kamu” jawabku setengah kaget.

“ ikut sama aku saja ” katanya mengajakku

“ ayo….”

Akhirnya aku memutuskan ikut dengannya. Lumayanlah daripada aku sendirian. Arnold mengajakku mendaki bukit. Sambil sesekali bersiul sendiri. Aku menatapnya sambil tersenyum. Lucu ya, kenapa aku bisa cepat akrab dengan anak ini ? tanyaku dalam hati.

“ yap.. kita sampai, ayo duduk..” ucapnya padaku

Aku menuruti kata-katanya. Akupun duduk didekatnya. Dia lalu mengeluarkan gitar dari tas.

“ bisa nyanyi “ Tanya Arnord padaku

“ aku ? ya nggaklah” jawabku setengah bohong

“ nyanyi sajalah, aku pengen ngiringin kamu, nggak ada yang dengarkan” bujuknya.

“hm, kamu tahu lagu A thousand years Christina perri ?” lanjutnya

“ tau, tapi dikit aja, bahasa inggris, susah ngucapinnya” jawabku setengah-tengah padanya

“ kalau begitu nyanyi yah, untuk persahabatan kita”

Aku hanya menggangguk

“ tapi jangan marah kalau suaraku jelek” kataku padanya

“ iya, nggak” jawabnya

Alunan gitar mulai terdengar. Akupun bernyanyi, menghayati setiap lirik lagu yang ku ucapkan dengan perasaan. Suara jelek tak jadi masalah.

Heart.. beats… fast….

Colors and promise

How to be brave ?

How can I love when I’m afraid to fall

But watching you stand alone ?

All my doubt suddenly goes away somehow

One step closer…..



I have died everyday waiting for you

Darling don’t be afraid I haved love you

For a thousand years

I’ll love you for a thousand more

Aku berhenti. Arnold melirik kearahku.

“ kok berhenti ? lagunya belum selesai, curang”

“ kan aku bilang Cuma dikit, ya dikit segitu dong”

“lanjutin, nggak enak banget. Kayak sate, baru dua potongan masuk ke mulut, eh satenya nyemplung ke got gara-gara kesenggol bencong yang dikejar kantip”

Aku tertawa. Apa boleh buat demi persahabatan aku akan menyanyi untuknya ya walaupun jujur, suaraku benar-benar tidak enak didengar.

Time… stand…. Still…

Beauty in all she is

I will be brave

I will not let anything take away

What’s standing in front of me

Every breath

Every hour has come to this

One step closer….



I haved died everyday waiting for you

Darling don’t be afraid I have loved you

For a thousand years

I’ll love you for a thousand more

And all along I believed time would find you

Time has brought your heart to me

I have loved you for a thousand years

I’ll love you for a thousand more



One step closer

One step closer



I have died everyday waiting for you

Darling don’t be afraid I have loved you

For a thousand years

I’ll love you for a thousand more

And all long I believed time would find you

Time has brought your heart to me

I have loved you for a thousand years

I’ll love you for a thousand more……

Aku mengakhiri lagu itu dengan perasaan Tanya. Akankah aku bisa mencintai orang seperti lagu itu. Tapi sepertinya itu terlalu berlebihan. Arti lagu itu terlalu mendalam, butuh jiwa yang kuat untuk menghadapi cobaan yang kuat dalam cinta, seperti novel yang sering aku baca. Menunggu sang cinta kembali walau air tubuh telah mengering dan habis termakan waktu. Seperti itukah cinta yang sejati ?

“ Lumayan Ray…”

Aku tersentak, rupanya Arnold masih ada disampingku. Akupun mencoba mengendalikan perasaanku sendiri, yang sedari tadi gugup tanpa alasan disampingnya. Aku hanya tersenyum, malu dengan suaraku. Arnold terlalu berlebihan memujiku.

“ balik yuk…” ajakku pada Arnold

“ tunggu dulu ” ucapnya

“ apa ? “ tanyaku heran padanya

“ duduk dulu disini “ katanya padanya

Aku menurut. Akupun duduk disamping Arnold. Kami berdua hanya diam untuk beberapa saat. Tak ada yang membuka suara. Tatapanku tetap lurus kedepan. Aku bingung kenapa dia belum bicara sama sekali ? ada apa coba.

Matahari tepat tenggelam dihadapan kami. Indah sekali, cukup lama aku memandanginya. Ya indah. Lebih indah karena seseorang berada dekat denganku. Aku cukup tenang selama beberapa hari ini. Bisa menikmati camping yang menurutku akan sangat membosankan. Arnold, ada perasaan yang aneh ketika aku menatap matanya. Perasaan yang tidak biasa aku rasakan. Jantungku tiba-tiba berdebar kencang. Aku juga heran tapi aku mencoba menepis semuanya, ah tidak mungkin. Mungkin karena wajah Arnold yang benar-benar tampan maembuat aku jadi gugup berada disampingnya. Aku kembali tersenyum menatap matahari tenggalam, rasanya sudah lama sekali aku tidak merasakan kehangatannya. Kututup mataku kuat-kuat.

“ Raya..” panggil Arnold padaku ketika aku membalikkan badanku.

“ iya, ada apa ?” jawabku sembari kembali menatapnya

Kali ini Arnold berjalan ke hadapanku. Jantungku berdebar kencang. Kali ini aku tak bisa mengendalikan perasaanku. Aku mengepalkan tangan kuat-kuat. Kenapa tiba-tiba jadi begini. Aku baru saja mengenalnya tidak mungkin rasanya bisa jatuh cinta secepat ini.

“ boleh aku bicara satu hal sama kamu ?”

“ boleh,” jawabku sok datar

“ aku suka sama kamu Ray “ ucapnya tegas

Aku tersentak, tak berbicara sama sekali

“ kalau kamu tidak menjawab, itu berarti tandanya kamu juga suka sama aku kan ?”

Lagi-lagi aku tak bisa menjawab, mulutku tiba-tiba terkunci rapat, lidahku keluh.

“ Najwah Rahaya kita pacaran yuk…”

Sekali lagi mulutku benar-benar tak berfungsi, aku masih kaget mendengar ucapannya, dia benar-benar gila, kami baru saja bertemu dan saling kenal, itupun baru 4 hari yang lalu. Bagaimana mungkin dia bisa berkata seperti itu.

“ kalau begitu kita sekarang jadian ”

Tak sedikitpun kata yang bisa aku ucapkan, lidahku keluh, semuanya tiba-tiba seperti ini ? apa yang aku lakukan sekarang coba ?. Setelah pembicaraan itu selesai Arnold memutar badannya membelakangiku, tanpa menunggu jawaban yang ingin ku katakan. Ia berlalu meninggalkanku. Sekarang tinggal aku sendiri, sebenarnya aku juga masih keliru kejadian ini benar-benar tiba-tiba.

* * *

Pagi-pagi sekali aku dan Marinka sudah bangun, kami ingin jadi orang pertama yang membersihkan tenda. Mengantuk sekali. Semalam aku tak tidur. Aku mesih berfikir apakah kemarin Arnold benar-benar serius ? tapi aku baru kenal dengannya, lagi pula kenapa harus aku ? tanyaku dalam hati.

“ sini aku bantuin, kalian duduk saja sana “ kata Arnold mengagetkanku

“ makasih, ya. Ngomong-ngomong kita belum kenalan, Marinka “ ucap Marinka pada Arnold

“ Arnold Jhosep, panggil Arnold saja “

“ thanks ya Arnold” ucap Marinka sumringah

Entah kenapa sejak kejadian kemarin sore, aku tiba-tiba saja jadi patung dihadapan Arnold, tak sepatah katapun yang bisa aku ucapkan. Aku jadi gugup dan serba salah. Tak lama setelah Arnold membereskan tenda kami. Dosen mengumpulkan semua mahasiswa dilapangan utama. Kami akan kembali tepat jam Sembilan.

Bus-bus yang akan mengantar kami sudah datang. Setidaknya kami tidak perlu pulang jam sepuluh, karena bus datang setengah jam dari jadwal. Baguslah, karena aku ingin cepat-cepat beranjak dari tempat ini dan berpisah dengan Arnold dan melupakan kejadian kemarin.

Cepat-cepat aku melangkah dan naik ke atas bus mencari tempat duduk yang aman. Kali ini aku tak sebangku dengan Marinka. Biasalah orang lagi jatuh cinta tak bisa jauh dari pasangannya. Dia benar-benar mabuk cinta. Akhirnya aku memilih duduk di kursi belakang, kebetulan kursinya tersisa satu kursi. Untunglah masih se-bus dengan Marinka dan pacar barunya. Akupun duduk disamping mahasiswa cowok. Syukurlah rupanya dia juga sibuk dengan buku bacaannya. Dia lalu menyodorkan botol minuman padaku. Aku menerimanya dan mengucapkan terima kasih.

“ Raya”  kata orang disampingku

“ hm, tau namaku darimana ?” tanyaku heran

Dia lalu mengangkat topinya. Aku tersentak, Arnold. Ternyata dia rupanya.

“ kenapa mesti kaget sih Ray, aku kan pacarmu, jadi aku boleh dong duduk disampingmu”

Aku diam

“ ayo Ray bicara, sejak tadi pagi kamu tak bilang apapun padaku”

“ hm, ti-tidak, apa aneh kalau aku diam”

“ ya jelas anehlah”

“ trus mau kamu apaan?”

Dia menatap mataku dalam, aku bisa membaca tatapannya.Dia seakan bertanya, sebenarnya kamu kenapa sih Ray, dari tadi kamu dia saja, kamu tuh tidak seperti biasanya. Bicara dong Ray, ayo. Kamu jangan buat aku bingung.

Dia tetap menatap mataku, aku tetap tak bergeming. Seperti biasa aku takut salah untuk menjawab. aku kembali gugup. Arnold jangan kayak gini dong. Aku takut. Tiba-tiba Arnold mengalihkan pandangannya. Mungkin dia mengerti. Maaf Arnold saat ini, biarkan aku mencari jawabanku sendiri. Bukan aku menolak tapi aku butuh waktu. Ini terlalu cepat untuk kita maafkan aku. Bus melaju dengan kecepatan sedang. Hujan yang turun dari tadi membuat aku kembali tenang. Arnold diam saja, sesekali dia menatapku sambil tersenyum. Apa yang dia pikirkan saat ini aku tak tahu. Kami sibuk dengan pikiran kami masing-masing. Menjelajahi otak dengan pertanyaan-pertanyaan panjang, mungkin akan sulit untuk menemukan jawabannya. Apalagi untukku, ini kali pertamanya aku tidak bisa bilang tidak. Hatiku mengatakan iya, tapi rasanya itu belum cukup. Aku butuh waktu. Kami baru saja kenal, baru 4 hari yang lalu ditambah, saat pertama kai bertemu dikampus, yang membuatku heran, apa mungkin Tuhan mengabulkan doaku secepat itu ? doa supaya aku dapat pacar ? pasti ini salah. Ada yang slah dengan kejadian ini. Bagaimana mungkin aku dan Arnold kan beda, apa bisa aku jatuh cinta dengan orang yang baru saja aku kenal apalagi bukan seiman denganku ?

* * *

to be continue.......

By : Blue Right 


0 komentar: