Minggu, 16 Februari 2014

KANKER SERVIKS/CA CERVIKS



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Kanker  leher rahim ( kanker serviks ) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim / serviks ( bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina . Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun . 90% dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10 % sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim. (Wahyu. 2010)
Kanker merupakan masalah kesehatan utama bagi masyarakat seluruh dunia, salah satunya adalah kanker serviks. Menurut data dari organisasi kesehatan dunia (World Health Organization atau WHO), kanker serviks merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia pada kaum hawa di seluruh penyakit kanker  yang ada. Setiap dua menit seorang wanita meninggal dunia karena penyakit ini. (Delia. 2010)
 Secara global, kanker serviks berkontribusi besar 12% dari seluruh kanker yang menyerang wanita. Estimasi sekitar tahun 2000-an menunjukkan bahwa insidensi penyakit ini kurang  lebih  493.243 jiwa pertahun, sedangkan kematian karena kanker ini  sebanyak 273.505 jiwa pertahun. Sementara, sebanyak 80 % dari jumlah penderita berasal dari Negara-negara sedang berkembang karena memang penyakit ini merupakan urutan pertama pembunuh wanita akibat kanker di Negara-negara berkembang. (Delia. 2010)
B.     Tujuan
  1. Untuk mengetahui Pengertian Serviks (Leher Rahim), Kanker, Dan Kanker Serviks.
  2. Untuk mengetahui Etiologi Dari Kanker Serviks
  3. Untuk mengetahui Manifestasi Klinik Dari Kanker Serviks
  4. Untuk mengetahui Patofisiologi Dari Kanker Serviks
  5. Untuk mengetahui Stadium Dari Kanker Serviks
  6. Untuk mengetahui Efek Maternal Dan Neonatus Pada Kanker Serviks
  7. Untuk mengetahui Diagnosis Dari Kanker Serviks
  8. Untuk mengetahui Pencegahan Dari Kanker Serviks
  9. Untuk mengetahui Pengobatan Dari Kanker Serviks.
  10. Untuk mengetahui Efek Pengobatan Kanker Serviks


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian

  • Serviks (Leher Rahim)

Serviks atau leher rahim merupakan bagian bawah rahim (uterus). Rahim memilki dua bagian. Bagian atas, disebut tubuh rahim, tempat bayi tumbuh. Bagian bawah di sebut leher rahim yang menghubungkan tubuh rahim ke vagina. Bagian ini sering disebut jalan lahir. (Tim CancerHelps, 2010)
  • Kanker 
 Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang dengan cepat, tidak terkendali, dan akan terus membelah diri, selanjutnya, sel kanker akan menusup ke jaringan sekitarnya (invasif) dan terus menyebar melalui jaringan ikat, darah, serta menyerang organ-organ penting dan syarat tulang belakang.(Tim CancerHelps, 2010) 
  • Kanker Serviks
Kanker  leher rahim ( kanker serviks ) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim / serviks ( bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. (Wahyu. 20 )
Kanker serviks adalah keganasan yang bermula pada sel-sel serviks (leher rahim). Kanker Serviks di mulai pada lapisan serviks. Terjadinya kanker serviks sangat perlahan. Pertama, beberapa sel normal berubah menjadi sel-sel prakanker, kemudian berubah menjadi sel kanker. (Tim CancerHelps, 2010)
B.     Etiologi
Kanker serviks terjadi jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara tak terkendali . Jika sel serviks terus membelah maka akan terbentuk suatu massa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas . jika tumor tersebut ganas , maka keadaanya disebut kanker serviks . Penyebab terjadinya kanker kelainan pada sel-sel serviks tidak di ketahui secara pasti , tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadiya kanker serviks. (Wahyu. 2010 )
Virus HPV di duga kuat sebagai penyebab utama kanker serviks. Virus HPV akan menyerang selaput di dalam mulut dan kerongkongan, serviks, serta anus. Apabila tidak segera terdeteksi, infeksi virus HPV menyebabkan terbentuknya sel-sel prakanker serviks dalam jangka panjang. (Tim Cancerhelp. 2010)
  Berikut ini merupakan faktor resiko terjadinya kanker serviks : (Wahyu. 2010 )
1.      Merokok
Wanita yang merokok memilki kemungkinan dua kali lipat terkena kanker serviks di bandingkan mereka yang tidak merokok.. Tembakau  merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada serviks .
2.      Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini .
3.      Berganti-ganti pasangan seksual .
4.      Suami / pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia dini di bawah 18 tahun , berganti-ganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang menderita kanker serviks .
5.      Pemakaian DES (dietilstilbestrol ) pada wanita hamil untuk mencegah keguguran (banyak digunakan pada tahun 1940-1970) .
6.      Gangguan sistem kekebalan .
7.      Pemakaian pil KB
Penggunaan pil KB dalam jangka panjang dapat meningkatkan terjadinya kanker serviks.
8.      Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun
Beberapa penelitian menemukan bahwa wanita yang memilki sejarah atau infeksi klamidia saat ini, memilki resiko kanker serviks lebih tinggi.
9.      Golongan ekonomi lemah ( karena tidak mampu melakukan Pap smear secara rutin .
10.  Riwayat keluarga
Apabila ibu atau kakak perempuan  menderita kanker serviks, resiko terkena kanker serviks mencapai 2 atau 3 kali lipat dibandingkan orang yang tidak ada riwayat kanker serviks pada keluarga.
C.    Manifestasi klinik
Infeksi HPV tidak menimbulkan gejala, bahkan seorang penderita tidak menyadari  bahwa dirinya telah terinfeksi bahkan sudah menularkannya kepada orang lain. Sehingga pada tahap awal, penyakit ini tidak menambulkan gejala yang mudah diamati. (Delia. 2010)
Gejala fisik serangan penyakit ini pada umumnya hanya dirasakan oleh penderita kanker serviks stadium lanjut. Gejala-gejala tersebut antara lain : (Delia. 2010)
1.      Munculnya rasa sakit dan perdarahan saat berhubungan seksual(contact bleeding)
2.      Perdarahan vagina yang tidak normal, seperti perdarahan diluar siklus menstruasi, perdarahan diantara periode menstuasi yang regular, periode menstruasi yang lebih lama dan lebih banyak dari biasanya, dan perdarahan setelah menopause.
3.      Keputihan yang berlebihan dan tidak normal
4.      Penurunan berat badan secara drastic
5.       Apabila kanker sudah menyebar ke panggul, maka pasien akan menderita keluhan nyeri punggung, hambatan dalam berkemih, serta pembesaran ginjal.
6.      Anemia (kurang darah) karena perdarahan yang sering timbul. (Diananda. 2009)
7.      Rasa nyeri disekitar genitalia
8.      Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rektum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.
D.    Patofisiologi
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks; epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian ini disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina yang rendah. Akibat proses metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SSK, yaitu SSK (Sel skuamosa karsinoma) asli dan SSK baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar (Rahmawan, 2009).
Daerah di antara kedua SSK ini disebut daerah transformasi. Masuknya mutagen atau bahan-bahan yang dapat mengubah perangai sel secara genetik pada saat fase aktif metaplasia dapat menimbulkan sel-sel yang berpotensi ganas. Perubahan ini biasanya terjadi di daerah transformasi. Mutagen tersebut berasal dari agen-agen yang ditularkan secara hubungan seksual dan diduga bahwa human papilloma virus (HPV) memegang peranan penting. Sel yang mengalami mutasi tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Perbedaan derajat displasia didasarkan atas tebal epitel yang mengalami kelainan dan berat ringannya kelainan pada sel. Sedangkan karsinoma in-situ adalah gangguan maturasi epitel skuamosa yang menyerupai karsinoma invasif tetapi membrana basalis masih utuh (Rahmawan, 2009). Klasifikasi terbaru menggunakan istilah Neoplasia Intraepitel Serviks (NIS) untuk kedua bentuk displasia dan karsinoma in-situ. NIS terdiri dari ; NIS 1, untuk displasia ringan; NIS 2, untuk displasia sedang; dan NIS 3, untuk displasia berat dan karsinoma in-situ.
Patogenesis NIS dapat dianggap sebagai suatu spektrum penyakit yang dimulai dari displasia ringan, sedang, berat dan karsinoma in-situ untuk kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Beberapa penelitian menemukan bahwa 30-35% NIS mengalami regresi, yang terbanyak berasal dari NIS 1/NIS 2. Karena tidak dapat ditentukan lesi mana yang akan berkembang menjadi progresif dan mana yang tidak, maka semua tingkat NIS dianggap potensial menjadi ganas sehingga harus ditatalaksanai sebagaimana mestinya. (Rahmawan, 2009)
E.     Stadium
Penentuan stadium pada pasien kanker serviks sangat penting. Hal ini berkaitan dengan jenis pengobatan dan prospek pemulihan yang akan dilakukan. (Tim Cancerhelps. 2010)
Stadium kanker seviks sebagai berikut : (Dison, dkk. 2011)
Stadium 0 Karsinoma Setempat :  Terlihat perubahan seperti kanker, tetapi tanpa hasil temuan bahwa kanker telah menyebar ke jaringan sekelilingnya (stroma)
Stadium 1 kanker, terbatas pada leher rahim
Ia : Kanker yang menyebar dengan penyebaran ke dalam jaringan penopang tidak lebih dari 5 mm dan dalamnya 7 mm lebarnya.
Ia1  :  Penyebaran ke dalam jaringan penopang dalamnya 3 mm atau kurang.
Ia2 : Ukuran penyebaran ke dalam jaringan penopang lebih dari 3 mm dan kurang dari 5 mm.
Ib : Lesi di leher rahim terlihat dalam pengamatan atau menunjukkan penyebaran ke dalam jaringan penopang lebih luas daripada lesi Ia.
Ib1 Tumor kurang dari 4 cm
Ib2 Tunor lebih dari 4 cm
Stadium II kanker meluas ke rahim
IIa Tidak ada tanda yang jelas telah menyebar ke jaringan lunak yang bersebelahan (parametrium)
IIb Parametrium jelas tertular.
Stadium III Kanker meluas sampai ke vagina  atau menyebabkan gangguan fungsi ginjal.
IIIa   Tumor sampai ke vagina
IIIb Tumor meluas ke dinding pinggul dan/atau mempengaruhi kemampuan ginjal untuk mengeluarkan urine (hidronefrosis)
Stadium IV Karsinoma telah meluas di luar pinggul atau menyerang kandung kemih atau rectum.
IVa Tumor menyebar ke kandung kemih atau rectum
IVb Tumor di temukan di luar pinggul (paru-paru dan hati, misalnya)

F.     Efek pada Maternal dan Neonatus
Terjadi proliferasi dan peningkatan friabilitas lesi, sehingga dianjurkan untuk mengangkat lesi besar yang tumbuh keluar selama masa hamil. Selain kemandulan, sering pula terjadi pada abortus akibat infeksi, perdarahan, dan hambatan dalam pertumbuhan janin karena neoplasma tersebut. Kematian janin dapat pula terjadi karena serviks kaku oleh jaringan kanker, persalinan kala satu mengalami hambatan. Adakalanya tumornya lunak dan hanya terbatas pada sebagian serviks, sehingga pembukaan dapat menjadi lengkap dan anak lahir spontan. (Rahmawan. 2009)
Selain itu, dapat pula teradi ketuban pecah dini dan inersia uteri. Dalam masa nifas sering terjadi infeksi. Dahulu disangka bahwa kehamilan menyebabkan tumor bertumbuh lebih cepat dan menyebabkan prognosis menjadi lebih buruk. Akan tetapi, ternyata bahwa kehamilan sendiri tidak mempengaruhi kanker serviks : Cunningham (2010). (Rahmawan. 2009)
Menurut Puteh (2008), kanker serviks yang sering ditemukan pada wanita, nantinya akan menjadi beban biaya yang cukup besar. Namun, masih perlu diakan perkiraan beban biaya yang diakibatkan oleh perluasan abnormal, penyakit servikal prainvasif dan invasive untuk menunjukkan jumlah biaya yang dialokasikan untuk masalah ini. Oleh karena itu ,selain memberikan efek langsung pada wanita, kanker serviks juga memberikan pengaruh terhadap keluarga, yaitu dalam memenuhi biaya pengobatan dan terapi pasien. (Rahmawan.2009)
G.    Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan berikut : (Wahyu. 2010)
1.      Pap smear
Pap smear dapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker serviks secara akurat dan dengan biaya yang tidak terlalu mahal . Akibatnya angka kematian akibat kamker serviks pun menurun sampai lebih dari 50 % .  
Setiap wanita yang telah aktif secara seksual atau usianya telah mencapai 18 tahun , sebaiknya menjalani Pap smear secara teratur yaitu 1 kali / tahun . Jika selama 3 kali berturut-turut menunjukkan hasil yang normal ,Pap smear bisa dilakukan 1 kali / 2-3 tahun .
Hasil pemeriksaan Pap smear menunjukkan stadium dari kanker serviks :
1.      Normal
2.      Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas )
3.      Displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas )
4.      Karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar )
5.      Kanker invasif ( kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang lebih dalam atau organ tubuh lainnya .
2.      Biopsi
Dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu pertumbuhan atau luka pada serviks , atau jika Pap smear menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker.
3.      Kolposkopi ( pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar/teropong leher rahim )
4.      Tes schiller
Serviks di olesi dengan larutan yodium , sel yang sehat warnanya akan berubah menjadi cokelat , sedangkan sel yang abnormal warnanya menjadi putih atau kuning .
Untuk membantu menentukan stadium kanker , dilakukan beberapa pemeriksaan berikut :
1.      Sistoskopi
2.      Rontgen dada
3.      Urografi intravena
4.      Sigmoidoskopi
5.      Skening tulang dan hati
6.      Barium enema
H.    Pencegahan
Meskipun kanker serviks masih belum dapat di eliminasii (dihilangkan), namun angka kejadiannya dapat ditekan dengan melakukan berbagai pemeriksaan untuk mendeteksi dini kanker serviks. (Rasjidi. 2010)
Ada 2  cara untuk mencegah kanker serviks : (Wahyu. 2010)
1.      Mencegah terjadinya infeksi  HPV
2.      Melakukan pemeriksaan Pap smear secara reratur
Pap smear (tes Papanicolau) adalah suatu pemeriksaan mikroskopik terhadap sel-sel yang diperoleh dari apusan serviks . Pada pemeriksaan Pap smear , contoh sel serviks diperoleh dengan bantuan sebuah spatula yang terbuat  dari kayu atau plastik (yang dioleskan dibagian luar serviks) dan sebuah sikat kecil (yang dimasukkan ke dalam saluran servikal). Sel-sel serviks lalu dioleskan pada kaca obyek  lalu diberi pengawet dan dikirimkan ke laboratorium untuk diperiksa.
24 jam sebelum menjalani Pap smear , sebaiknya tidak melakukan pencucian atau pembilasan vagina, tidak melakukan hubungan seksual ,tidak berendam dan tidak menggunakan tampon. Pap smear sangat efektif dalam mendeteksi perubahan prekanker pada serviks . Jika hasil Pap smear menunjukkan displasia atau serviks tampak abnormal, biasanya dilakukan kolposkopi dan biopsi.
Anjuran untuk melakukan Pap smear secara teratur :
-        Setiap tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun
-        Setiap tahun untuk wanita yang berganti-ganti pasangan seksual  atau pernah menderita infeksi HPV  atau kulit kelamin.
-        Setiap tahun untuk wanita yang memakai pil KB
-        Setiap 2-3 tahun untuk wanita yang berusia di atas 35 tahun jika 3 kali Pap smear berturut-turut menunjukkan hasil negatif atau untuk wanita yang telah menjalani histerektomi bukan karena kanker.
-        Sesering mungkin jika hasil Pap smear menunjukkan abnormal
-        Sesering mungkin setelah penilaian dan pengobatan pre kanker maupun kanker serviks .
Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kanker serviks sebaiknya :
-        Anak perempuan yang berusia dibawah 18 tahun tidak melakukan hubungan seksual
-        Jangan melakukan hubungan seksual dengan penderita kutil kelamin atau gunakan kondom untuk mencegah penularan kutil kelamin
-        Jangan berganti-ganti pasangan seksual
-        Berhenti merokok
Pemeriksaan panggul setiap tahun (termasuk Pap smear ) harus dimulai ketika seorang wanita mulai aktif melakukan hubungan seksual atau pada usia 20 tahun . Setiap hasil yang abnormal harus diikuti dengan pemeriksaan kolposkopi dan biopsi.
Beberapa peneliti telah membuktikan bahwa vitamin A berperan dalam menghentikan atau mencegah perubahan keganasan pada sel-sel ,seperti yang terjadi pada perubahan serviks .
Selain tes pap smear ini, juga terdapat tes lain untuk mendeteksi dini kanker serviks yaitu dengan melakukan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam asetat) yang bertujuan untuk melihat ada tidaknya sel yang mengalami dysplasia dengan melakukan tes visualisasi menggunakan larutan asam asetat 3-5% dan larutan iodium lugol yang dioleskan pada serviks untuk kemudian dilihat adanya lesi prakaknker atau kanker melalui perubahan warna epitel serviks menjadi putih yang disebut acetowhite . (Rasjidi. 2010)
I.       Pengobatan
Pengobatan lesi prekanker pada serviks tergantung kepada beberapa faktor berikut  : (Wahyu.2010 )
-          Tingkatan lesi ( apakah tingkat rendah atau tingkat tinggi )
-          Rencana penderita untuk hamil lagi
-          Usia dan keadaan umum penderita
Lesi tingkat rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut , terutama jika daerah yang abnormal seluruhnya telah diangkat pada waktu pemeriksaan biopsi . Tetapi penderita harus menjalani pemeriksaan Pap smear dan pemeriksaan panggul secara rutin .  (Wahyu. 2010 )
Pengobatan pada lesi prekanker bisa berupa : (Wahyu. 2010)
-             Kriosurgeri ( pembekuan ) 
-             Kauterisasi ( pembakaran juga disebut diatermi )
-             Pembedahan laser untuk menghancurkan sel-sel yang abnormal tanpa melukai jaringan yang sehat di sekitarnya
-             LEEP ( loop electrosurgical excision procedure ) atau konisasi .
Setelah menjalani pengobatan ,penderita mungkin mungkin akan merasakan kram atau nyeri lainnya , perdarahan maupun keluarnya cairan encer dari vagina . Pada beberapa kasus , mungkin perlu dilakukan histerektomi 9 pengangkatan rahim ) terutama jika sel-sel abnormal ditemukan di dalam lubang serviks . Histerektomi dilakukan jika penderita tidak memiliki rencana untuk hamil lagi . (Wahyu. 2010)
Pemilihan pengobatan untuk kanker serviks tergantung kepada lokasi dan ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita dan rencana penderita untuk hamil lagi .
1.      Operasi
Ada beberapa jenis operasi untuk pengobatan kanker serviks. Beberapa melibatkan pengangkatan rahim (histerektomi) dan yang lain tidak. Beberapa jenis operasi yang paling umu dilakukan pada pengobatan kanker serviks. (Tim Cancerhelp.2010)
a.       Cryosurgery
Sebuah prob metal yang diinginkan dengan nitrogen cair di masukkan ke dalam vagina dan leher rahim. Cara ini dapat membunuh sel-sel abnormal dengan cara membekukannya. Crysurgery dugunakan untuk mengobati kanker serviks yang hanya ada di dalam leher rahim (stadium 0), bukan kanker invasiveyang telah menyebar ke luar leher rahim.
b.      Bedah laser
Cara ini menggunakan sebuah sinar laser untuk membakar sel-sel atau menghapus sebagan kecil jaringan sel rahim untuk dipelajari. Pembedahan laser hany digunakan sebagai pengobatan kanker serviks pra invasive (stadium 0)
c.       Konisasis
Sepotong jaringan berbentuk kerucut akan diangkat dari leher rahim. Pemotongan dilakukan menggunakan pisau bedah, kiser atau kawat tipis yang dipanaskan oleh listrik (prosedur ini di sebut LEEp atau LEETZ). Pendekatan ini dapat digunakan untuk menemukan atau mengobati kanker serviks tahap awal (stadium 0 dan stadium 1)
Cara ini jarang digunakan senbagai satu-satunya pengobatan, kecuali untuk wanita dengan kanker seviks stadium dini yang ingin memiliki anak. Setelah biopsy, jaringan berbentuk kerucut diankagt untuk diperiksa di bawah mikroskop. Jika batas tepi dari kerucut itu mengandung kanker atau prasel kanker, maka diperlukan pengobatan lebih lanjut untuk memastikan bahwa seluruh sel-sel kankernya telah diangakt.
d.      Histerektomi
1.      Histerektomi Sederhana
Cara kerja metode ini adalah mengangkat rahim, tetapi tidak mencakup jaringan yang berada di dekatnya. Vagina maupun klenejr getah bening panggul di bagian depan perut atau melalui vagina.
Setelah dilakukan operasi ini, seorang wanita tidak bisa hamil. Histerektomi digunaka untuk mengobati beberapa kanker serviks stadium awal (stadium 1) dan mengobati kanker stadium prakanker (stadium 0) jika sle-sel kanker ditemukan pada batas tepi konisasi
2.      Histerektomi Radikal dan Diseksi Kelenjer Getah Bening Panggul
Pada operasi ini, dokter bedah akan mengangkat seluruh rahim, jaringan di dekatnya, vigina bagian atas yang berbatasan dengan leher rahim, dan beberapa kelenjar getah bening yang berada di bagian panggul. Operasi ini paling sering dilakukan melalui pemotongan bagian depan perut, bukan dilakukan melalui vagina.
Setelah dilakukan operasi ini, seorang wanita tidak bisa hamil. Sebuah histerektomi radikal dan diseksi kelenjar getah bening panggul merupakan pengobatan yang umum digunakan untuk kanker serviks stadium I. Sebaliknya, pada beberapa kasusu kanker stadium II, terutama pada wanita muda, pengobatan seperti ini jarang dilakukan.
e.       Trachelektomi
Sebuah prosedur yang disebut Trachelektomi radikal memungkinkan wanita muda dengan kanker stadium awal dapat diobati dan masih dpat mempunyai anak. Metode ini meliputi pengangkatan serviks dan bagian atas vagina, kemudian meletakkannya pada jahitan berbentuk kantong yang bertindak sebagai pembukaan leher rahim di dalam rahim. Kelenjar getah bening di dekatnya juga diangkat. Operasi ini bisa dilakukan melalui vagina atau perut.
Setelah operasi ini , beberapa wanita dapat mengalami kehamilan jangka panjang dan melahirkan bayi yang sehat melalui operasi Caesar. Risiko yang terjadi kekambuhan kanker sesudah pengobatan ini cukup rendah.
f.       Ekstenterasi panggul
Selain mengambil semua organ dan jaringan vagina dan perut, pada operasi jenis ini juga dilakuakn pengangkatan kandung kemih, vagina, dubur, dan sebagian usus besar. Operasi ini dilakukan saat kanker serviks kambuh kembali setelah pengobatan sebelumnya. Diperlukan waktu 6 bulan atau lebih untuk pulih dari opersi radikal ini. Namun, wanita yang pernah mengalami operasi ini tetap dapat menjalani kehidupan dengan bahagia dan produktif.
2.      Terapi penyinaran
Efektif untuk mengobati kanker invasif yang masih terbatas pada daerah panggul . Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan pertumbuhannya . (Wahyu. 2010)
Ada 2 macam radioterapi :
a.       Radiasi eksternal : sinar berasal dari sebuah mesin besar dan diberikan bersamaan dengan kemoterapi dosis rendah. Penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5 hari / minggu selama 5-6 minggu
b.      Radiasi internal : zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul dimasukkan langsung ke dalam serviks . Kapsul ini dibiarkan selama 1-3 hari dan selama itu penderita di rawat di rumah sakit. Pengobatan ini bisa di ulang beberapa kali selama 1-2 minggu .
Efek samping dari terapi penyinaran adalah :
-          iritasi rektum dan vagina
-          kerusakan kandung kemih dan rektum
-          ovarium berhenti berfungsi
3.      Kemoterapi
Jika kanker telah keluar panggul, kadang dianjurkan untuk menjalani kemoterapi . Pada kemoterapi digunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker . Obat anti kanker bisa di berikan melalui suntikan intravena atau melalui mulut . Kemoterapi diberikan dalam suatu siklus, artinya suatu periode pengobatan diselingi dengan periode peulihan, lalu dilakukan pengobatan , diselingi dengan pemulihan, begitu seterusnya.
4.      Terapi biologis
Pada terapi biologis digunakan zat-zat untuk memperbaiki sistem kekebalan tubuh pada kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Yang paling sering digunakan adalah interferon yang bisa dikombinasikan dengan kemoterapi.
Pengobatan Kanker Serviks berdasarkan stadiumnya : (Tim Cancerhelp. 2010)
a.       Stadium Prakanker
Stadium prakanker hingga stadium 1 awal biasanya diobati dengan histerektomi. Apabila pasien masih ingin memiliki anak biasanya dilakukan metode LEEP atau cone biopsy.
b.      Stadium awal
ü  Apabila ukuran tumor kurang dari 4 cm biasanya dilakukan radikal histerektomi atau radioterapi dengan atau tanpa kemoterapi.
ü  Apabila ukuran tumor lebih dari 4 cm biasanya dilakukan radioterapi dan kemoterapi berbasis cisplatin, histerektomi, atau kemoterapi berbasis cisplatin yang dilanjutkan dengan histerektomi.
c.       Stadium Lanjut (stadium II akhir-IV awal)
Kanker serviks pada stadium ini dapat diobati dengan radioterapi dan kemoterapi berbasis cisplatin. Pada stadium sangat lanjut (stadium IV akhir), dokter dapat mempertimbangkan kemoterapi dengan kombinasi obat, misalnya hycamtin dan cisplatin.
Jika sembuh tidak dimungkinkan, tujuan pengobatan selanjutnya adalah mengangkat atau menghancurkan sebanyak mungkin sel-sel kanker. Biasanya dilakukan pengobatan yang bersifat paliatif-ditujukan untuk mengurangi gejala-gejala.
J.      Efek Samping Pengobatan
Selain membunuh sel-sel kanker , pengobatan juga menyebabkan kerusakan pada sel-sel yang sehat sehingga seringkali menimbulkan efek samping yang tidak menyenangkan . efek samping pengobatan kanker sangat tergantung kepada jenis dan luasnya pengobatan . selain itu, reaksi dari setiap penderita juga berbeda-beda . metoda untruk membuang atau menghancurkan sel-sel kanker pada permukaan serviks sama dengan metoda digunakan untuk mengobati lesi prekanker . efek samping yang timbul berupa kram atau nyeri lainnya, pendarahan atau keluar cairan encer dari vagina. (Wahyu. 2010)
Beberapa hari menjalani histerektomi , penderita bisa mengalami nyeri di perut bagian bawah . untuk mengatasinya bisa obat pereda nyeri . penderita juga mungkin akan juga mengalamikesulitan dalam berkemih dan buang air besar . untuk membantu air kemih bisa di pasang kateter . Beberapa  saat setelah pembedahan , aktivitas penderita harus dibatasi agar penyembuhan berjalan lancar . Aktivitas normal (termasuk hubungan seksual) biasanya  bisa kembali dilakukan dalam waktu 4-8 minggu. (Wahyu. 2010)
Setelah menjalani histerektomi , penderita tidak akan mengalami menstruasi lagi. Histerektomi biasanya tidak mempengaruhi  gairah seksual  dan kemampuan untuk melakukan hubungan seksual . (Wahyu. 2010)
Tetapi banyak penderita yang mengalami gangguan emosional setelah histerektomi. Pandangan penderita terhadap seksualitas bisa berubah dan penderita merasakan kehilangan karena dia tidak dapat hamil lagi. (Wahyu. 2010)
Selama menjalani radioterapi , penderita mudah mengalami kelelahan yang luar biasa , terutama seminggu sesudah nya. Istrahat yang cukup merupakan hal yang penting , tetapi dokter biasanya menganjurkan agar penderita  sebisa mungkin tetap aktif. (Wahyu. 2010)
Pada radiasi eksternal , sering terjadi kerontokan rambut didaerah yang disinari dan kulit menjadi merah , kering serta gatal-gatal. Mungkin kulit akan menjadi lebih gelap . Daerah yang disinari sebaiknya mendapatkan udara yang cukup ,tetapi harus terlindungi dari sinar matahari dan penderita sebaiknya tidak menggunakan pakaian yang bisa mengiritasi daerah yang disinari. (Wahyu. 2010)
Biasanya selama menjalani radioterapi penderita tidak boleh melakukan hubungan seksual . Kadang setelah radiasi internal, vagina menjadi lebih sempit dan kurang lentur , sehingga biasanya menyebabkan nyeri ketika melakukan hubungan seksual . Untuk mengatasi ini , penderita di ajari untuk menggunakan dilator dan pelumas dengan bahan dasar air . Pada radioterapi juga bisa timbul diare dan sering berkemih . (Wahyu. 2010)
Efek samping dari kemoterapi sangat tergantung kepada jenis dan dosis obat yang digunakan . Selain itu, efek sampingnya pada setiap penderita berlainan. Biasanya obat anti kanker akan mempengaruhi sel-sel yang membelah dengan cepat ,termasuk sel darah (yang berfungsi melawan infeksi,membantu pembekuan darah atau mengangkut oksigen ke seluruh tubuh). Jika sel darah terkena pengaruh obat  anti-kanker ,penderita akan lebih mudah  mengalami infeksi ,mudah memar dan mengalami pendarahan serta kekurangan tenaga . (Wahyu. 2010)
Sel-sel pada akar rambut dan sel-sel tersebut terpengaruh oleh  kemoterapi ,penderita akan mengalami kerontokan rambut , nafsu makannya berkurang ,mual , muntah ,atau luka terbuka di mulut. (Wahyu. 2010)
Terapi biologis bisa menyebabkan gejala yang menyerupai flu , yaitu menggigil ,demam,nyeri otot ,lemah,nafsu makan berkurang ,mual,muntah dan diare. Kadang timbul ruam , selain itu pendrita juga bisa mudah memar dan mengalami pendarahan . (Wahyu. 2010)


ASUHAN KEPERAWATAN
A.    Pengkajian
1.      Identitas Pasien (Nama, umur, jenis kelamin, alamat)
2.      Pengkajian  (Doengoes. 2000)
a.       Aktivitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan/keletihan, anemia, Perubahan pada pola istirahat dan kebiasaan tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas, keringat malam. Pekerjaan/profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stress tinggi.
b.      Integritas Ego
Gejala : faktor stress, merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan religius/spiritual, masalah tentang lesi cacat, pembedahan, menyangkal diagnosis, perasaan putus asa.
c.       Eliminasi
Gejala : Pada kanker servik, perubahan pada pola devekasi, perubahan eliminasi urinarius misalnya : nyeri.
d.      Makanan dan Minuman
Gejala : Pada kanker servik : kebiasaan diet buruk (ex : rendah serat, tinggi lemak, aditif, bahan pengawet, rasa).
e.        Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope
f.       Nyeri/Kenyamanan
Gejala : adanya nyeri, derajat bervariasi misalnya : ketidaknyamanan ringan sampai nyeri hebat (dihubungkan dengan proses penyakit)
g.      Pernafasan
Gejala : Merokok, Pemajanan abses
h.      Keamanan
Gejala : Pemajanan pada zat kimia toksik, karsinogen
Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi
i.        Seksualitas
Gejala : Perubahan pola respon seksual, keputihan (jumlah, karakteristik, bau), perdarahan sehabis senggama (pada kanker serviks), Nullgravida lebih besar dari usia 30 tahun multigravida pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini.
j.        Interaksi social
Gejala : Ketidak nyamanan/kelemahan sistem pendukung, Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan), dukungan, bantuan, masalah tentang fungsi/tanggung jawab peran.
k.      Penyuluhan
Gejala : Riwayat kanker pada keluarga, sisi primer : penyakit primer, riwayat pengobatan sebelumnya
B.     Diagnosa keperawatan
a)      Ansietas  berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri, kehilangan femininitas dan perubahan bentuk tubuh.
b)      Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan seksualitas, fertilitas, dan hubungan dengan pasangan dan keluarga.
c)      Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis, manipulasi bedah, adanya edema jaringan lokal, hematoma, gangguan sensori/motor ; paradisis saraf.
C.     Perencanaan
a)        Diagnosa keperawatan : Ansietas  berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri, kehilangan femininitas dan perubahan bentuk tubuh.
Ditandai dengan : Peningkatan ketegangan, gemetaran, ketakutan, gelisah, mengekspresikan masalah mengenai perubahan dalam kejadian hidup.
Tujuan                : Rasa cemas pasien hilang/tidak cemas lagi
Kriter­­­­ia Hasil      : Menunjukkan  rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa takut dan cemas
Intervensi            :
1.      Tinjau ulang pengalaman pasien/orang terdekat sebelumnya dengan kanker. Tentukan apakah dokter telah menjelaskan kepada pasien dan apakah kesimpulan pasien telah dicapai.
Rasional : Membantu dalam identifikasi rasa takut dan kesalahan konsep berd­­­­asarkan pada pengalaman pada kanker.
2.      Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.
Rasional : Memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut realistik serta kesalaahn konsep tentang diagnostik.
3.      Berikan informasi akurat, konsistensi mengenai prognosis, hindari memperdebatkan tentang persepsi pasien terhadap situasi.
Rasional : Dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat keputusan/ pilihan berdasarkan realita.
b)      Diagnosa keperawatan : Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan seksualitas, fertilitas, dan hubungan dengan pasangan dan keluarga
Ditandai dengan : Mengungkapkan perubahan dalam gaya hidup tentang tubuh, perasaan tidak berdaya, putus asa, dan tidak mampu. Tidak mengambil tanggung jawab untuk perawatan diri, kurang mengikuti perubahan pada persepsi diri/persepsi orang lain tentang peran.
Tujuan                            : Meningkatkan harga diri pasien
Kriteria Hasil                  : Mengungkapkan pemahaman tentang perubahan tubuh, penerimaan diri dalam situasi.
Intervensi                        :
1.      Dorong diskusi tentang/pecahkan masalah tentang efek kanker/pengobatan pada peran sebagai ibu rumah tangga, orang tua dan sebagainya.
Rasional : Dapat membantu menurunkan masalah yang mempengaruhi penerimaan pengobatan atau merangsang kemajuan penyakit.
2.      Berikan informasi pentingnya dalam proses adaptasi.
Rasional : Memvalidasi realita perasaan pasien dan memberikan izin, untuk tindakan apapun perlu untuk mengatasi apa yang terjadi.
3.      Berikan dukungan untuk pasien/orang terdekat selama tes diagnostik dan fase pengobatan.
Rasional : Meskipun beberapa pasien beradaptasi/menyesuaikan diri dengan efek kanker atau efek samping terapi, banyak memerlukan dukungan tambahan selama periode ini.
4.      Rujuk pasien/orang terdekat pada program kelompok pendukung (bila ada).
Rasional : Kelompok pendukung biasanya sangat menguntungkan baik untuk pasien/ orang terdekat, memberikan kontak dengan pasien dengan kanker pada berbagai tingkatan pengobatan dan/atau pemulihan.
c)      Diagnosa keperawatan : Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis, manipulasi bedah, adanya edema jaringan lokal, hematoma, gangguan sensori/motor ; paradisis saraf
Ditandai dengan : Sensasi kandung kemih penuh, tiba-tiba, frekuensi sedikit untuk berkemih atau tak ada keluarnya urins, inkontinensia aliran berlebihan, distensi kandung kemih.
Tujuan                            : Eliminasi kembali lancar seperti biasanya
Kriteria Hasil                  : Mengosongkan kandung kemih secara teratur dan tuntas.
Intervensi                        :
1.      Perhatikan pola berkemih dan awasi keluaran urine.
Rasional : Dapat mengindikasikan retensi urine bila berkemih dengan sering dalam jumlah sedikit/kurang (< 100 ml).
2.      Palpasi kandung kemih, mencaritahu keluhan ketidaknyaman, ketidakmampuan berkemih.
Rasional : Persepsi kandung kemih penuh, distensi kandung kemih di atas simpisis pubis menunjukkan retensi urine.
3.      Berikan tindakan berkemih rutin, posisi normal, aliran air pada baskom, penyiraman air hangat pada perineum.
Rasional : Meningkatkan relaksasi otot perineal dan dapat mempermudah upaya berkemih.
4.      Berikan perawatan kebersihan perineal dan perawatan kateter.
Rasional : Meningkatkan kebersihan, menurunkan resiko ISK asenden.
5.      Kaji karakteristik urine, perhatikan warna, kejernihan, bau.
Rasional : Retensi urine, drainase vagina, dan kemungkinan adanya kateter intermitten/ tak menetap meningkatkan resiko infeksi, khususnya bila pasien mempunyai jahitan parineal.
6.      Pemasangan kateter bila diindikasikan
Rasional : Edema atau pengaruh suplai saraf dapat menyebabkan atoni kandungan kemih/retensi kandung kemih memerlukan dekompresi kandung kemih.

D.    Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
E.     Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :
1.      Ansietas pasien berkurang
2.      Meningkatkan harga diri pasien 
3.      Eliminasi kembali lancar seperti biasanya