BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Kanker leher rahim ( kanker serviks ) adalah tumor
ganas yang tumbuh di dalam leher rahim / serviks ( bagian terendah dari rahim
yang menempel pada puncak vagina . Kanker serviks biasanya menyerang wanita
berusia 35-55 tahun . 90% dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang
melapisi serviks dan 10 % sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir
pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim. (Wahyu. 2010)
Kanker
merupakan masalah kesehatan utama bagi masyarakat seluruh dunia, salah satunya
adalah kanker serviks. Menurut data dari organisasi kesehatan dunia (World
Health Organization atau WHO), kanker serviks merupakan penyebab kematian nomor
dua di dunia pada kaum hawa di seluruh penyakit kanker yang ada. Setiap dua menit seorang wanita
meninggal dunia karena penyakit ini. (Delia. 2010)
Secara global, kanker serviks berkontribusi
besar 12% dari seluruh kanker yang menyerang wanita. Estimasi sekitar tahun
2000-an menunjukkan bahwa insidensi penyakit ini kurang lebih
493.243 jiwa pertahun, sedangkan kematian karena kanker ini sebanyak 273.505 jiwa pertahun. Sementara,
sebanyak 80 % dari jumlah penderita berasal dari Negara-negara sedang
berkembang karena memang penyakit ini merupakan urutan pertama pembunuh wanita
akibat kanker di Negara-negara berkembang. (Delia. 2010)
B.
Tujuan
- Untuk mengetahui Pengertian Serviks (Leher Rahim), Kanker, Dan Kanker Serviks.
- Untuk mengetahui Etiologi Dari Kanker Serviks
- Untuk mengetahui Manifestasi Klinik Dari Kanker Serviks
- Untuk mengetahui Patofisiologi Dari Kanker Serviks
- Untuk mengetahui Stadium Dari Kanker Serviks
- Untuk mengetahui Efek Maternal Dan Neonatus Pada Kanker Serviks
- Untuk mengetahui Diagnosis Dari Kanker Serviks
- Untuk mengetahui Pencegahan Dari Kanker Serviks
- Untuk mengetahui Pengobatan Dari Kanker Serviks.
- Untuk mengetahui Efek Pengobatan Kanker Serviks
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
- Serviks (Leher Rahim)
Serviks
atau leher rahim merupakan bagian bawah rahim (uterus). Rahim memilki dua
bagian. Bagian atas, disebut tubuh rahim, tempat bayi tumbuh. Bagian bawah di
sebut leher rahim yang menghubungkan tubuh rahim ke vagina. Bagian ini sering
disebut jalan lahir. (Tim CancerHelps, 2010)
- Kanker
Kanker
adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang
tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang dengan cepat, tidak terkendali,
dan akan terus membelah diri, selanjutnya, sel kanker akan menusup ke jaringan
sekitarnya (invasif) dan terus menyebar melalui jaringan ikat, darah, serta
menyerang organ-organ penting dan syarat tulang belakang.(Tim CancerHelps,
2010)
- Kanker Serviks
Kanker leher rahim ( kanker serviks ) adalah tumor
ganas yang tumbuh di dalam leher rahim / serviks ( bagian terendah dari rahim
yang menempel pada puncak vagina. (Wahyu. 20 )
Kanker
serviks adalah keganasan yang bermula pada sel-sel serviks (leher rahim). Kanker
Serviks di mulai pada lapisan serviks. Terjadinya kanker serviks sangat
perlahan. Pertama, beberapa sel normal berubah menjadi sel-sel prakanker,
kemudian berubah menjadi sel kanker. (Tim CancerHelps, 2010)
B.
Etiologi
Kanker serviks terjadi
jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara tak terkendali . Jika
sel serviks terus membelah maka akan terbentuk suatu massa jaringan yang
disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas . jika tumor tersebut ganas ,
maka keadaanya disebut kanker serviks . Penyebab terjadinya kanker kelainan
pada sel-sel serviks tidak di ketahui secara pasti , tetapi terdapat beberapa
faktor resiko yang berpengaruh terhadap beberapa faktor resiko yang berpengaruh
terhadap terjadiya kanker serviks. (Wahyu. 2010 )
Virus HPV di duga kuat
sebagai penyebab utama kanker serviks. Virus HPV akan menyerang selaput di
dalam mulut dan kerongkongan, serviks, serta anus. Apabila tidak segera
terdeteksi, infeksi virus HPV menyebabkan terbentuknya sel-sel prakanker
serviks dalam jangka panjang. (Tim Cancerhelp. 2010)
Berikut ini merupakan faktor resiko
terjadinya kanker serviks : (Wahyu. 2010 )
1. Merokok
Wanita
yang merokok memilki kemungkinan dua kali lipat terkena kanker serviks di
bandingkan mereka yang tidak merokok.. Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi
kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada serviks .
2. Hubungan
seksual pertama dilakukan pada usia dini .
3. Berganti-ganti
pasangan seksual .
4. Suami
/ pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia dini di
bawah 18 tahun , berganti-ganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang
menderita kanker serviks .
5.
Pemakaian DES (dietilstilbestrol ) pada
wanita hamil untuk mencegah keguguran (banyak digunakan pada tahun 1940-1970) .
6. Gangguan
sistem kekebalan .
7. Pemakaian
pil KB
Penggunaan pil KB dalam jangka panjang dapat
meningkatkan terjadinya kanker serviks.
8. Infeksi
herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun
Beberapa penelitian menemukan bahwa wanita yang
memilki sejarah atau infeksi klamidia saat ini, memilki resiko kanker serviks
lebih tinggi.
9. Golongan
ekonomi lemah ( karena tidak mampu melakukan Pap smear secara rutin .
10. Riwayat
keluarga
Apabila ibu atau kakak perempuan menderita kanker serviks, resiko terkena
kanker serviks mencapai 2 atau 3 kali lipat dibandingkan orang yang tidak ada
riwayat kanker serviks pada keluarga.
C.
Manifestasi
klinik
Infeksi HPV tidak
menimbulkan gejala, bahkan seorang penderita tidak menyadari bahwa dirinya telah terinfeksi bahkan sudah
menularkannya kepada orang lain. Sehingga pada tahap awal, penyakit ini tidak
menambulkan gejala yang mudah diamati. (Delia. 2010)
Gejala fisik serangan
penyakit ini pada umumnya hanya dirasakan oleh penderita kanker serviks stadium
lanjut. Gejala-gejala tersebut antara lain : (Delia. 2010)
1.
Munculnya rasa sakit dan perdarahan saat
berhubungan seksual(contact bleeding)
2.
Perdarahan vagina yang tidak normal,
seperti perdarahan diluar siklus menstruasi, perdarahan diantara periode
menstuasi yang regular, periode menstruasi yang lebih lama dan lebih banyak
dari biasanya, dan perdarahan setelah menopause.
3.
Keputihan yang berlebihan dan tidak
normal
4.
Penurunan berat badan secara drastic
5.
Apabila kanker sudah menyebar ke panggul, maka
pasien akan menderita keluhan nyeri punggung, hambatan dalam berkemih, serta
pembesaran ginjal.
6.
Anemia (kurang darah) karena perdarahan
yang sering timbul. (Diananda. 2009)
7.
Rasa nyeri disekitar genitalia
8.
Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus
kering karena kurang gizi, edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros
usus besar bagian bawah (rektum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal,
atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.
D.
Patofisiologi
Pada
masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks; epitel
kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari cadangan
epitel kolumnar. Proses pergantian ini disebut proses metaplasia dan terjadi
akibat pengaruh pH vagina yang rendah. Akibat proses metaplasia ini maka secara
morfogenetik terdapat 2 SSK, yaitu SSK (Sel skuamosa karsinoma) asli dan SSK
baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel
kolumnar (Rahmawan, 2009).
Daerah
di antara kedua SSK ini disebut daerah transformasi. Masuknya mutagen atau
bahan-bahan yang dapat mengubah perangai sel secara genetik pada saat fase
aktif metaplasia dapat menimbulkan sel-sel yang berpotensi ganas. Perubahan ini
biasanya terjadi di daerah transformasi. Mutagen tersebut berasal dari
agen-agen yang ditularkan secara hubungan seksual dan diduga bahwa human
papilloma virus (HPV) memegang peranan penting. Sel yang mengalami mutasi
tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan
epitel yang disebut displasia. Perbedaan derajat displasia didasarkan atas
tebal epitel yang mengalami kelainan dan berat ringannya kelainan pada sel.
Sedangkan karsinoma in-situ adalah gangguan maturasi epitel skuamosa
yang menyerupai karsinoma invasif tetapi membrana basalis masih utuh (Rahmawan,
2009). Klasifikasi terbaru menggunakan istilah Neoplasia Intraepitel
Serviks (NIS) untuk kedua bentuk displasia dan karsinoma in-situ. NIS
terdiri dari ; NIS 1, untuk displasia ringan; NIS 2, untuk displasia sedang;
dan NIS 3, untuk displasia berat dan karsinoma in-situ.
Patogenesis
NIS dapat dianggap sebagai suatu spektrum penyakit yang dimulai dari displasia
ringan, sedang, berat dan karsinoma in-situ untuk kemudian berkembang
menjadi karsinoma invasif. Beberapa penelitian menemukan bahwa 30-35% NIS
mengalami regresi, yang terbanyak berasal dari NIS 1/NIS 2. Karena tidak dapat
ditentukan lesi mana yang akan berkembang menjadi progresif dan mana yang
tidak, maka semua tingkat NIS dianggap potensial menjadi ganas sehingga harus
ditatalaksanai sebagaimana mestinya. (Rahmawan, 2009)
E.
Stadium
Penentuan stadium pada
pasien kanker serviks sangat penting. Hal ini berkaitan dengan jenis pengobatan
dan prospek pemulihan yang akan dilakukan. (Tim Cancerhelps. 2010)
Stadium kanker seviks sebagai
berikut : (Dison, dkk. 2011)
Stadium
0 Karsinoma Setempat : Terlihat perubahan seperti kanker, tetapi
tanpa hasil temuan bahwa kanker telah menyebar ke jaringan sekelilingnya
(stroma)
|
Stadium
1 kanker, terbatas pada leher rahim
Ia
: Kanker yang menyebar dengan penyebaran ke dalam jaringan penopang tidak
lebih dari 5 mm dan dalamnya 7 mm lebarnya.
Ia1 : Penyebaran ke dalam jaringan penopang
dalamnya 3 mm atau kurang.
Ia2 : Ukuran penyebaran ke dalam jaringan penopang
lebih dari 3 mm dan kurang dari 5 mm.
Ib
: Lesi di leher rahim terlihat dalam pengamatan atau menunjukkan penyebaran
ke dalam jaringan penopang lebih luas daripada lesi Ia.
Ib1 Tumor kurang dari 4 cm
Ib2 Tunor lebih dari 4 cm
|
Stadium
II kanker meluas ke rahim
IIa
Tidak ada tanda yang jelas telah menyebar ke jaringan lunak yang bersebelahan
(parametrium)
IIb
Parametrium jelas tertular.
Stadium
III Kanker meluas sampai ke vagina
atau menyebabkan gangguan fungsi ginjal.
IIIa Tumor sampai ke vagina
IIIb
Tumor meluas ke dinding pinggul dan/atau mempengaruhi kemampuan ginjal untuk
mengeluarkan urine (hidronefrosis)
|
Stadium
IV Karsinoma telah meluas di luar pinggul atau menyerang kandung kemih atau
rectum.
IVa
Tumor menyebar ke kandung kemih atau rectum
IVb
Tumor di temukan di luar pinggul (paru-paru dan hati, misalnya)
|
F.
Efek
pada Maternal dan Neonatus
Terjadi proliferasi dan peningkatan
friabilitas lesi, sehingga dianjurkan untuk mengangkat lesi besar yang tumbuh
keluar selama masa hamil. Selain kemandulan, sering pula terjadi pada abortus akibat
infeksi, perdarahan, dan hambatan dalam pertumbuhan janin karena neoplasma
tersebut. Kematian janin dapat pula terjadi karena serviks kaku oleh jaringan
kanker, persalinan kala satu mengalami hambatan. Adakalanya tumornya lunak dan hanya
terbatas pada sebagian serviks, sehingga pembukaan dapat menjadi lengkap dan
anak lahir spontan. (Rahmawan. 2009)
Selain itu, dapat pula teradi
ketuban pecah dini dan inersia uteri. Dalam masa nifas sering terjadi infeksi. Dahulu
disangka bahwa kehamilan menyebabkan tumor bertumbuh lebih cepat dan menyebabkan
prognosis menjadi lebih buruk. Akan tetapi, ternyata bahwa kehamilan sendiri
tidak mempengaruhi kanker serviks : Cunningham (2010). (Rahmawan. 2009)
Menurut Puteh (2008), kanker
serviks yang sering ditemukan pada wanita, nantinya akan menjadi beban biaya
yang cukup besar. Namun, masih perlu diakan perkiraan beban biaya yang
diakibatkan oleh perluasan abnormal, penyakit servikal prainvasif dan invasive untuk
menunjukkan jumlah biaya yang dialokasikan untuk masalah ini. Oleh karena itu ,selain
memberikan efek langsung pada wanita, kanker serviks juga memberikan pengaruh
terhadap keluarga, yaitu dalam memenuhi biaya pengobatan dan terapi pasien.
(Rahmawan.2009)
G.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan
berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan berikut : (Wahyu. 2010)
1. Pap
smear
Pap smear dapat
mendeteksi sampai 90% kasus kanker serviks secara akurat dan dengan biaya yang
tidak terlalu mahal . Akibatnya angka kematian akibat kamker serviks pun
menurun sampai lebih dari 50 % .
Setiap wanita yang
telah aktif secara seksual atau usianya telah mencapai 18 tahun , sebaiknya
menjalani Pap smear secara teratur yaitu 1 kali / tahun . Jika selama 3 kali
berturut-turut menunjukkan hasil yang normal ,Pap smear bisa dilakukan 1 kali /
2-3 tahun .
Hasil pemeriksaan Pap
smear menunjukkan stadium dari kanker serviks :
1. Normal
2. Displasia
ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas )
3. Displasia
berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas )
4. Karsinoma
in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar )
5. Kanker
invasif ( kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang lebih dalam atau organ
tubuh lainnya .
2. Biopsi
Dilakukan jika pada
pemeriksaan panggul tampak suatu pertumbuhan atau luka pada serviks , atau jika
Pap smear menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker.
3. Kolposkopi
( pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar/teropong leher rahim )
4. Tes
schiller
Serviks di olesi dengan
larutan yodium , sel yang sehat warnanya akan berubah menjadi cokelat ,
sedangkan sel yang abnormal warnanya menjadi putih atau kuning .
Untuk membantu
menentukan stadium kanker , dilakukan beberapa pemeriksaan berikut :
1. Sistoskopi
2. Rontgen
dada
3. Urografi
intravena
4. Sigmoidoskopi
5. Skening
tulang dan hati
6. Barium
enema
H.
Pencegahan
Meskipun kanker serviks
masih belum dapat di eliminasii (dihilangkan), namun angka kejadiannya dapat
ditekan dengan melakukan berbagai pemeriksaan untuk mendeteksi dini kanker
serviks. (Rasjidi. 2010)
Ada 2 cara untuk mencegah kanker serviks : (Wahyu.
2010)
1. Mencegah
terjadinya infeksi HPV
2. Melakukan
pemeriksaan Pap smear secara reratur
Pap smear (tes
Papanicolau) adalah suatu pemeriksaan mikroskopik terhadap sel-sel yang
diperoleh dari apusan serviks . Pada pemeriksaan Pap smear , contoh sel serviks
diperoleh dengan bantuan sebuah spatula yang
terbuat dari kayu atau plastik (yang
dioleskan dibagian luar serviks) dan sebuah sikat kecil (yang dimasukkan ke
dalam saluran servikal). Sel-sel serviks lalu dioleskan pada kaca obyek lalu diberi pengawet dan dikirimkan ke
laboratorium untuk diperiksa.
24 jam sebelum menjalani Pap smear , sebaiknya tidak
melakukan pencucian atau pembilasan vagina, tidak melakukan hubungan seksual
,tidak berendam dan tidak menggunakan tampon. Pap smear sangat efektif dalam
mendeteksi perubahan prekanker pada serviks . Jika hasil Pap smear menunjukkan
displasia atau serviks tampak abnormal, biasanya dilakukan kolposkopi dan
biopsi.
Anjuran untuk melakukan Pap smear secara teratur :
-
Setiap tahun untuk wanita yang berusia
diatas 35 tahun
-
Setiap tahun untuk wanita yang
berganti-ganti pasangan seksual atau
pernah menderita infeksi HPV atau kulit
kelamin.
-
Setiap tahun untuk wanita yang memakai
pil KB
-
Setiap 2-3 tahun untuk wanita yang
berusia di atas 35 tahun jika 3 kali Pap smear berturut-turut menunjukkan hasil
negatif atau untuk wanita yang telah menjalani histerektomi bukan karena
kanker.
-
Sesering mungkin jika hasil Pap smear
menunjukkan abnormal
-
Sesering mungkin setelah penilaian dan
pengobatan pre kanker maupun kanker serviks .
Untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya kanker serviks sebaiknya :
-
Anak perempuan yang berusia dibawah 18
tahun tidak melakukan hubungan seksual
-
Jangan melakukan hubungan seksual dengan
penderita kutil kelamin atau gunakan kondom untuk mencegah penularan kutil
kelamin
-
Jangan berganti-ganti pasangan seksual
-
Berhenti merokok
Pemeriksaan panggul setiap tahun (termasuk Pap smear
) harus dimulai ketika seorang wanita mulai aktif melakukan hubungan seksual
atau pada usia 20 tahun . Setiap hasil yang abnormal harus diikuti dengan
pemeriksaan kolposkopi dan biopsi.
Beberapa peneliti telah membuktikan bahwa vitamin A
berperan dalam menghentikan atau mencegah perubahan keganasan pada sel-sel
,seperti yang terjadi pada perubahan serviks .
Selain
tes pap smear ini, juga terdapat tes lain untuk mendeteksi dini kanker serviks
yaitu dengan melakukan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam asetat) yang
bertujuan untuk melihat ada tidaknya sel yang mengalami dysplasia dengan
melakukan tes visualisasi menggunakan larutan asam asetat 3-5% dan larutan
iodium lugol yang dioleskan pada serviks untuk kemudian dilihat adanya lesi
prakaknker atau kanker melalui perubahan warna epitel serviks menjadi putih
yang disebut acetowhite . (Rasjidi.
2010)
I.
Pengobatan
Pengobatan lesi prekanker pada serviks tergantung
kepada beberapa faktor berikut : (Wahyu.2010
)
-
Tingkatan lesi (
apakah tingkat rendah atau tingkat tinggi )
-
Rencana
penderita untuk hamil lagi
-
Usia dan keadaan
umum penderita
Lesi
tingkat rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut , terutama
jika daerah yang abnormal seluruhnya telah diangkat pada waktu pemeriksaan
biopsi . Tetapi penderita harus menjalani pemeriksaan Pap smear dan pemeriksaan
panggul secara rutin . (Wahyu. 2010 )
Pengobatan pada
lesi prekanker bisa berupa : (Wahyu. 2010)
-
Kriosurgeri (
pembekuan )
-
Kauterisasi (
pembakaran juga disebut diatermi )
-
Pembedahan laser
untuk menghancurkan sel-sel yang abnormal tanpa melukai jaringan yang sehat di
sekitarnya
-
LEEP ( loop
electrosurgical excision procedure ) atau konisasi .
Setelah
menjalani pengobatan ,penderita mungkin mungkin akan merasakan kram atau nyeri
lainnya , perdarahan maupun keluarnya cairan encer dari vagina . Pada beberapa
kasus , mungkin perlu dilakukan histerektomi 9 pengangkatan rahim ) terutama
jika sel-sel abnormal ditemukan di dalam lubang serviks . Histerektomi
dilakukan jika penderita tidak memiliki rencana untuk hamil lagi . (Wahyu. 2010)
Pemilihan pengobatan
untuk kanker serviks tergantung kepada lokasi dan ukuran tumor, stadium
penyakit, usia, keadaan umum penderita dan rencana penderita untuk hamil lagi .
1.
Operasi
Ada
beberapa jenis operasi untuk pengobatan kanker serviks. Beberapa melibatkan
pengangkatan rahim (histerektomi) dan yang lain tidak. Beberapa jenis operasi
yang paling umu dilakukan pada pengobatan kanker serviks. (Tim Cancerhelp.2010)
a. Cryosurgery
Sebuah prob metal yang
diinginkan dengan nitrogen cair di masukkan ke dalam vagina dan leher rahim.
Cara ini dapat membunuh sel-sel abnormal dengan cara membekukannya. Crysurgery
dugunakan untuk mengobati kanker serviks yang hanya ada di dalam leher rahim
(stadium 0), bukan kanker invasiveyang telah menyebar ke luar leher rahim.
b. Bedah
laser
Cara ini menggunakan
sebuah sinar laser untuk membakar sel-sel atau menghapus sebagan kecil jaringan
sel rahim untuk dipelajari. Pembedahan laser hany digunakan sebagai pengobatan
kanker serviks pra invasive (stadium 0)
c. Konisasis
Sepotong jaringan
berbentuk kerucut akan diangkat dari leher rahim. Pemotongan dilakukan
menggunakan pisau bedah, kiser atau kawat tipis yang dipanaskan oleh listrik
(prosedur ini di sebut LEEp atau LEETZ). Pendekatan ini dapat digunakan untuk
menemukan atau mengobati kanker serviks tahap awal (stadium 0 dan stadium 1)
Cara ini jarang
digunakan senbagai satu-satunya pengobatan, kecuali untuk wanita dengan kanker
seviks stadium dini yang ingin memiliki anak. Setelah biopsy, jaringan
berbentuk kerucut diankagt untuk diperiksa di bawah mikroskop. Jika batas tepi
dari kerucut itu mengandung kanker atau prasel kanker, maka diperlukan
pengobatan lebih lanjut untuk memastikan bahwa seluruh sel-sel kankernya telah
diangakt.
d. Histerektomi
1. Histerektomi
Sederhana
Cara kerja metode ini
adalah mengangkat rahim, tetapi tidak mencakup jaringan yang berada di
dekatnya. Vagina maupun klenejr getah bening panggul di bagian depan perut atau
melalui vagina.
Setelah dilakukan
operasi ini, seorang wanita tidak bisa hamil. Histerektomi digunaka untuk
mengobati beberapa kanker serviks stadium awal (stadium 1) dan mengobati kanker
stadium prakanker (stadium 0) jika sle-sel kanker ditemukan pada batas tepi
konisasi
2. Histerektomi
Radikal dan Diseksi Kelenjer Getah Bening Panggul
Pada operasi ini,
dokter bedah akan mengangkat seluruh rahim, jaringan di dekatnya, vigina bagian
atas yang berbatasan dengan leher rahim, dan beberapa kelenjar getah bening
yang berada di bagian panggul. Operasi ini paling sering dilakukan melalui
pemotongan bagian depan perut, bukan dilakukan melalui vagina.
Setelah dilakukan
operasi ini, seorang wanita tidak bisa hamil. Sebuah histerektomi radikal dan
diseksi kelenjar getah bening panggul merupakan pengobatan yang umum digunakan
untuk kanker serviks stadium I. Sebaliknya, pada beberapa kasusu kanker stadium
II, terutama pada wanita muda, pengobatan seperti ini jarang dilakukan.
e. Trachelektomi
Sebuah prosedur yang
disebut Trachelektomi radikal memungkinkan wanita muda dengan kanker stadium
awal dapat diobati dan masih dpat mempunyai anak. Metode ini meliputi
pengangkatan serviks dan bagian atas vagina, kemudian meletakkannya pada
jahitan berbentuk kantong yang bertindak sebagai pembukaan leher rahim di dalam
rahim. Kelenjar getah bening di dekatnya juga diangkat. Operasi ini bisa
dilakukan melalui vagina atau perut.
Setelah operasi ini ,
beberapa wanita dapat mengalami kehamilan jangka panjang dan melahirkan bayi
yang sehat melalui operasi Caesar. Risiko yang terjadi kekambuhan kanker
sesudah pengobatan ini cukup rendah.
f. Ekstenterasi
panggul
Selain mengambil semua
organ dan jaringan vagina dan perut, pada operasi jenis ini juga dilakuakn
pengangkatan kandung kemih, vagina, dubur, dan sebagian usus besar. Operasi ini
dilakukan saat kanker serviks kambuh kembali setelah pengobatan sebelumnya.
Diperlukan waktu 6 bulan atau lebih untuk pulih dari opersi radikal ini. Namun,
wanita yang pernah mengalami operasi ini tetap dapat menjalani kehidupan dengan
bahagia dan produktif.
2. Terapi
penyinaran
Efektif
untuk mengobati kanker invasif yang masih terbatas pada daerah panggul . Pada
radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan
menghentikan pertumbuhannya . (Wahyu. 2010)
Ada
2 macam radioterapi :
a. Radiasi
eksternal : sinar berasal dari sebuah mesin besar dan diberikan bersamaan
dengan kemoterapi dosis rendah. Penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran
biasanya dilakukan sebanyak 5 hari / minggu selama 5-6 minggu
b. Radiasi
internal : zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul dimasukkan langsung
ke dalam serviks . Kapsul ini dibiarkan selama 1-3 hari dan selama itu
penderita di rawat di rumah sakit. Pengobatan ini bisa di ulang beberapa kali
selama 1-2 minggu .
Efek
samping dari terapi penyinaran adalah :
-
iritasi rektum dan vagina
-
kerusakan kandung kemih dan rektum
-
ovarium berhenti berfungsi
3.
Kemoterapi
Jika
kanker telah keluar panggul, kadang dianjurkan untuk menjalani kemoterapi .
Pada kemoterapi digunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker . Obat anti
kanker bisa di berikan melalui suntikan intravena atau melalui mulut .
Kemoterapi diberikan dalam suatu siklus, artinya suatu periode pengobatan diselingi
dengan periode peulihan, lalu dilakukan pengobatan , diselingi dengan
pemulihan, begitu seterusnya.
4.
Terapi biologis
Pada
terapi biologis digunakan zat-zat untuk memperbaiki sistem kekebalan tubuh pada
kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Yang paling sering
digunakan adalah interferon yang bisa dikombinasikan dengan kemoterapi.
Pengobatan Kanker
Serviks berdasarkan stadiumnya : (Tim Cancerhelp. 2010)
a.
Stadium Prakanker
Stadium
prakanker hingga stadium 1 awal biasanya diobati dengan histerektomi. Apabila
pasien masih ingin memiliki anak biasanya dilakukan metode LEEP atau cone biopsy.
b.
Stadium awal
ü Apabila
ukuran tumor kurang dari 4 cm biasanya dilakukan radikal histerektomi atau
radioterapi dengan atau tanpa kemoterapi.
ü Apabila
ukuran tumor lebih dari 4 cm biasanya dilakukan radioterapi dan kemoterapi
berbasis cisplatin, histerektomi, atau kemoterapi berbasis cisplatin yang
dilanjutkan dengan histerektomi.
c.
Stadium Lanjut (stadium II akhir-IV
awal)
Kanker
serviks pada stadium ini dapat diobati dengan radioterapi dan kemoterapi
berbasis cisplatin. Pada stadium sangat lanjut (stadium IV akhir), dokter dapat
mempertimbangkan kemoterapi dengan kombinasi obat, misalnya hycamtin dan
cisplatin.
Jika
sembuh tidak dimungkinkan, tujuan pengobatan selanjutnya adalah mengangkat atau
menghancurkan sebanyak mungkin sel-sel kanker. Biasanya dilakukan pengobatan
yang bersifat paliatif-ditujukan untuk mengurangi gejala-gejala.
J.
Efek
Samping Pengobatan
Selain membunuh sel-sel
kanker , pengobatan juga menyebabkan kerusakan pada sel-sel yang sehat sehingga
seringkali menimbulkan efek samping yang tidak menyenangkan . efek samping
pengobatan kanker sangat tergantung kepada jenis dan luasnya pengobatan .
selain itu, reaksi dari setiap penderita juga berbeda-beda . metoda untruk
membuang atau menghancurkan sel-sel kanker pada permukaan serviks sama dengan
metoda digunakan untuk mengobati lesi prekanker . efek samping yang timbul
berupa kram atau nyeri lainnya, pendarahan atau keluar cairan encer dari
vagina. (Wahyu. 2010)
Beberapa hari menjalani
histerektomi , penderita bisa mengalami nyeri di perut bagian bawah . untuk
mengatasinya bisa obat pereda nyeri . penderita juga mungkin akan juga
mengalamikesulitan dalam berkemih dan buang air besar . untuk membantu air
kemih bisa di pasang kateter . Beberapa
saat setelah pembedahan , aktivitas penderita harus dibatasi agar
penyembuhan berjalan lancar . Aktivitas normal (termasuk hubungan seksual)
biasanya bisa kembali dilakukan dalam
waktu 4-8 minggu. (Wahyu. 2010)
Setelah menjalani
histerektomi , penderita tidak akan mengalami menstruasi lagi. Histerektomi
biasanya tidak mempengaruhi gairah
seksual dan kemampuan untuk melakukan
hubungan seksual . (Wahyu. 2010)
Tetapi banyak penderita
yang mengalami gangguan emosional setelah histerektomi. Pandangan penderita
terhadap seksualitas bisa berubah dan penderita merasakan kehilangan karena dia
tidak dapat hamil lagi. (Wahyu. 2010)
Selama menjalani
radioterapi , penderita mudah mengalami kelelahan yang luar biasa , terutama
seminggu sesudah nya. Istrahat yang cukup merupakan hal yang penting , tetapi
dokter biasanya menganjurkan agar penderita
sebisa mungkin tetap aktif. (Wahyu. 2010)
Pada radiasi eksternal
, sering terjadi kerontokan rambut didaerah yang disinari dan kulit menjadi
merah , kering serta gatal-gatal. Mungkin kulit akan menjadi lebih gelap .
Daerah yang disinari sebaiknya mendapatkan udara yang cukup ,tetapi harus
terlindungi dari sinar matahari dan penderita sebaiknya tidak menggunakan
pakaian yang bisa mengiritasi daerah yang disinari. (Wahyu. 2010)
Biasanya selama
menjalani radioterapi penderita tidak boleh melakukan hubungan seksual . Kadang
setelah radiasi internal, vagina menjadi lebih sempit dan kurang lentur ,
sehingga biasanya menyebabkan nyeri ketika melakukan hubungan seksual . Untuk
mengatasi ini , penderita di ajari untuk menggunakan dilator dan pelumas dengan
bahan dasar air . Pada radioterapi juga bisa timbul diare dan sering berkemih .
(Wahyu. 2010)
Efek samping dari
kemoterapi sangat tergantung kepada jenis dan dosis obat yang digunakan .
Selain itu, efek sampingnya pada setiap penderita berlainan. Biasanya obat anti
kanker akan mempengaruhi sel-sel yang membelah dengan cepat ,termasuk sel darah
(yang berfungsi melawan infeksi,membantu pembekuan darah atau mengangkut
oksigen ke seluruh tubuh). Jika sel darah terkena pengaruh obat anti-kanker ,penderita akan lebih mudah mengalami infeksi ,mudah memar dan mengalami
pendarahan serta kekurangan tenaga . (Wahyu. 2010)
Sel-sel pada akar
rambut dan sel-sel tersebut terpengaruh oleh
kemoterapi ,penderita akan mengalami kerontokan rambut , nafsu makannya
berkurang ,mual , muntah ,atau luka terbuka di mulut. (Wahyu. 2010)
Terapi biologis bisa menyebabkan
gejala yang menyerupai flu , yaitu menggigil ,demam,nyeri otot ,lemah,nafsu
makan berkurang ,mual,muntah dan diare. Kadang timbul ruam , selain itu
pendrita juga bisa mudah memar dan mengalami pendarahan . (Wahyu. 2010)
ASUHAN
KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien (Nama, umur, jenis
kelamin, alamat)
2. Pengkajian (Doengoes. 2000)
a.
Aktivitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan/keletihan, anemia, Perubahan pada pola
istirahat dan kebiasaan tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas, keringat
malam. Pekerjaan/profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stress
tinggi.
b.
Integritas Ego
Gejala : faktor stress, merokok, minum alkohol, menunda mencari
pengobatan, keyakinan religius/spiritual, masalah tentang lesi cacat,
pembedahan, menyangkal diagnosis, perasaan putus asa.
c.
Eliminasi
Gejala : Pada kanker servik, perubahan pada pola devekasi,
perubahan eliminasi urinarius misalnya : nyeri.
d.
Makanan dan Minuman
Gejala : Pada kanker servik : kebiasaan diet buruk (ex : rendah
serat, tinggi lemak, aditif, bahan pengawet, rasa).
e.
Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope
f.
Nyeri/Kenyamanan
Gejala : adanya nyeri, derajat bervariasi misalnya :
ketidaknyamanan ringan sampai nyeri hebat (dihubungkan dengan proses penyakit)
g.
Pernafasan
Gejala : Merokok, Pemajanan abses
h.
Keamanan
Gejala : Pemajanan pada zat kimia toksik, karsinogen
Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi
i.
Seksualitas
Gejala : Perubahan pola respon seksual, keputihan (jumlah,
karakteristik, bau), perdarahan sehabis senggama (pada kanker serviks),
Nullgravida lebih besar dari usia 30 tahun multigravida pasangan seks multiple,
aktivitas seksual dini.
j.
Interaksi social
Gejala : Ketidak nyamanan/kelemahan sistem pendukung, Riwayat
perkawinan (berkenaan dengan kepuasan), dukungan, bantuan, masalah tentang
fungsi/tanggung jawab peran.
k.
Penyuluhan
Gejala : Riwayat kanker pada keluarga, sisi primer : penyakit
primer, riwayat pengobatan sebelumnya
B. Diagnosa keperawatan
a)
Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut
akan rasa nyeri, kehilangan femininitas dan perubahan bentuk tubuh.
b)
Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan seksualitas,
fertilitas, dan hubungan dengan pasangan dan keluarga.
c)
Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis,
manipulasi bedah, adanya edema jaringan lokal, hematoma, gangguan sensori/motor
; paradisis saraf.
C. Perencanaan
a)
Diagnosa keperawatan :
Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri,
kehilangan femininitas dan perubahan bentuk tubuh.
Ditandai dengan : Peningkatan
ketegangan, gemetaran, ketakutan, gelisah, mengekspresikan masalah mengenai
perubahan dalam kejadian hidup.
Tujuan : Rasa cemas pasien
hilang/tidak cemas lagi
Kriteria Hasil : Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan
berkurangnya rasa takut dan cemas
Intervensi :
1.
Tinjau ulang pengalaman pasien/orang terdekat sebelumnya dengan
kanker. Tentukan apakah dokter telah menjelaskan kepada pasien dan apakah
kesimpulan pasien telah dicapai.
Rasional : Membantu dalam identifikasi rasa
takut dan kesalahan konsep berdasarkan pada pengalaman pada kanker.
2.
Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.
Rasional : Memberikan kesempatan untuk memeriksa
rasa takut realistik serta kesalaahn konsep tentang diagnostik.
3.
Berikan informasi akurat, konsistensi mengenai prognosis, hindari
memperdebatkan tentang persepsi pasien terhadap situasi.
Rasional : Dapat menurunkan ansietas dan
memungkinkan pasien membuat keputusan/ pilihan berdasarkan realita.
b)
Diagnosa keperawatan : Gangguan harga diri
berhubungan dengan perubahan seksualitas, fertilitas, dan hubungan dengan
pasangan dan keluarga
Ditandai dengan : Mengungkapkan
perubahan dalam gaya hidup tentang tubuh, perasaan tidak berdaya, putus asa,
dan tidak mampu. Tidak mengambil tanggung jawab untuk perawatan diri,
kurang mengikuti perubahan pada persepsi diri/persepsi orang lain tentang
peran.
Tujuan : Meningkatkan harga
diri pasien
Kriteria Hasil : Mengungkapkan
pemahaman tentang perubahan tubuh, penerimaan diri dalam situasi.
Intervensi :
1.
Dorong diskusi tentang/pecahkan masalah tentang efek
kanker/pengobatan pada peran sebagai ibu rumah tangga, orang tua dan
sebagainya.
Rasional : Dapat membantu
menurunkan masalah yang mempengaruhi penerimaan pengobatan atau merangsang
kemajuan penyakit.
2.
Berikan informasi pentingnya dalam proses adaptasi.
Rasional : Memvalidasi realita
perasaan pasien dan memberikan izin, untuk tindakan apapun perlu untuk
mengatasi apa yang terjadi.
3.
Berikan dukungan untuk pasien/orang terdekat selama tes diagnostik
dan fase pengobatan.
Rasional : Meskipun beberapa pasien
beradaptasi/menyesuaikan diri dengan efek kanker atau efek samping terapi,
banyak memerlukan dukungan tambahan selama periode ini.
4.
Rujuk pasien/orang terdekat pada program kelompok pendukung (bila
ada).
Rasional : Kelompok pendukung
biasanya sangat menguntungkan baik untuk pasien/ orang terdekat, memberikan
kontak dengan pasien dengan kanker pada berbagai tingkatan pengobatan dan/atau
pemulihan.
c)
Diagnosa keperawatan : Perubahan eliminasi
urinarius berhubungan dengan trauma mekanis, manipulasi bedah, adanya edema
jaringan lokal, hematoma, gangguan sensori/motor ; paradisis saraf
Ditandai dengan : Sensasi kandung kemih penuh, tiba-tiba,
frekuensi sedikit untuk berkemih atau tak ada keluarnya urins, inkontinensia
aliran berlebihan, distensi kandung kemih.
Tujuan : Eliminasi kembali
lancar seperti biasanya
Kriteria Hasil : Mengosongkan kandung
kemih secara teratur dan tuntas.
Intervensi :
1.
Perhatikan pola berkemih dan awasi keluaran urine.
Rasional : Dapat mengindikasikan
retensi urine bila berkemih dengan sering dalam jumlah sedikit/kurang (< 100
ml).
2.
Palpasi kandung kemih, mencaritahu keluhan ketidaknyaman,
ketidakmampuan berkemih.
Rasional : Persepsi kandung kemih
penuh, distensi kandung kemih di atas simpisis pubis menunjukkan retensi urine.
3.
Berikan tindakan berkemih rutin, posisi normal, aliran air pada
baskom, penyiraman air hangat pada perineum.
Rasional : Meningkatkan relaksasi
otot perineal dan dapat mempermudah upaya berkemih.
4.
Berikan perawatan kebersihan perineal dan perawatan kateter.
Rasional : Meningkatkan kebersihan,
menurunkan resiko ISK asenden.
5.
Kaji karakteristik urine, perhatikan warna, kejernihan, bau.
Rasional : Retensi urine, drainase
vagina, dan kemungkinan adanya kateter intermitten/ tak menetap meningkatkan
resiko infeksi, khususnya bila pasien mempunyai jahitan parineal.
6.
Pemasangan kateter bila diindikasikan
Rasional : Edema atau pengaruh
suplai saraf dapat menyebabkan atoni kandungan kemih/retensi kandung kemih
memerlukan dekompresi kandung kemih.
D. Implementasi
Implementasi
keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan
yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
E. Evaluasi
Hasil yang diharapkan
dari tindakan keperawatan adalah :
1.
Ansietas pasien berkurang
2.
Meningkatkan harga diri pasien
3.
Eliminasi kembali lancar seperti biasanya