Jumat, 31 Mei 2013

Cahaya Bulan: tuberkulosis

Cahaya Bulan: tuberkulosis: BAB I PENDAHULUAN A.     Latarbelakang Penyakit tuberkulosis sudah ada sejak ribuan tahun sebelum masehi.Menurut hasil penelitian...

Sabtu, 02 Maret 2013

tuberkulosis



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latarbelakang
Penyakit tuberkulosis sudah ada sejak ribuan tahun sebelum masehi.Menurut hasil penelitian, penyakit tuberkulosis sudah ada sejak zaman Mesir kuno, ilmuan Robert Koch berhasil menemukan kuman tuberkulosis yang merupakan penyebab penyakit ini. Kuman ini berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama “Mycobacterium tuberculosis” penyakit ini menyerang semua golongan umur dan jenis kelamin, serta mulai merambah pada golongan sosial ekonomi rendah, dari seluruh penderita tersebut, angka kesembuhan hanya mencapai 70,03% dari 85% yang ditargetkan .
Penyakit TBC yang biasa disebut dengan Tuberkulosis Paru (TB Paru) sudah hampir setua peradaban manusia.Penyakit yang sudah ada sejak zaman purbakala.Anehnya, sampai kini upaya penanggulangan penyakit yang menyerang kulit, tulang, otak, yang terutama paru-paru belum membuahkan hasil yang memuaskan.
Menurut World Health Organization WHO (2005), secara global terdapat 8,9 juta kasus TBC dan kira-kira 1,6 juta atau 27 per 100 ribu orang meninggal karena penyakit TBC dan menurut WHO tercatat 581.847 atau sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman penyakit TBC dan paling banyak pada negara berkembang. (Berau, 2009).WHO melaporkan10-20 juta penderita di dunia mempunyai kemampuan menularkan penyakit tuberculosis. Angka kematian sekitar 3 juta penderita tiap tahun, atau hampir 75 % di Negara yang sedang berkembang dengan sosio-ekonomi yang rendah.
Tahun 2008 penyakit ini di Indonesia mendapat peringkat 9 kematian secara nasional dan diperkirakan jumlah penderinta TB Paru sekitar 140.000 orang.Jumlah penderita TB paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat.Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TB paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita baru TB paru yang menular.Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC.
Dalam makalah ini khusus untuk membahas tentang proses keperawatan Tuberkulosis.
B.     Rumusan masalah
1.      Apa yang dimaksud tuberculosis!
2.      Bagaimana etiologi tuberculosis?
3.      Bagaimana patofisiologi dari tuberculosis?
4.      Bagaimana manifestasi klinik dari tuberculosis?
5.      Bagaimana proses keperawatan dari tuberkulosi?
C.     Tujuan
1.      Menjelaskan tentang tuberculosis
2.      Menjelaskan tentang etiologi tuberkulosis
3.      Menjelaskan tentang patofisiologi dari tuberculosis
4.      Menjelaskan tentang manifestasi klinik dari tuberculosis
5.      Menjelaskan proses keperawatan dari tuberkulosis



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian
Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru.Tuberculosis juga ditularkan ke bagian tubuhnya, trmasuk meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe.Agen infeksi utama, Mycobacterium tuberculosis, adalah batang aerobic tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitive tehadap panas dan sinar ultraviolet.M. bovis dan M. avium pernah, pada kejadian yang jarang, berkaitan dengan terjadinya infeksi tuberculosis
Tuberculosis ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi melalui udara. Individu terinfeksi, melalui berbicara, bersin, tertawa, atau bernyanyi, melepaskan droplet besar (lebih besar dari 100 µ) dan kecil ( 1 sampai  5 µ). Droplet yang besar menetap, sementara droplet yang  tertahan  di udara dan terhirup oleh individu yang rentan. Resiko untuk tertular tuberkulosis juga tergantung pada banyaknya organismeyang terdapat di udara.
B.     Etiologi
Penyakit Tubekulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis), sebagian besar kuman TB menyerang paru tetapi juga dapat mengenai organ tubuh yang lainnya.
Kuman Tuberkulosis ini berbentuk batang yang berukuran berkisar 1-4 mikron dan tebalnya 0,3-0,6 mikron, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pewarnaan. Oleh karena itu disebut pua sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.

C.    Patofisiologi
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibersinkan atau dibatukkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan selama berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat akan menempel pada jalan nafas atau paru-paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukurannya kurang dari 5 mikromilimeter.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveoli biasanya diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil karena gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan di rongga hidung dan tidak menyebabkan penyakit.Setelah berada dalam ruang alveolus (biasanya di bagian bawah lobus atas atau di bagian atas lobus bawah) basil tuberkulosis ini membangkitkan reaksi peradangan.Lekosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan mefagosit bakteri tetapi tidak membunuh organisme tersebut.Sesudah hari-hari pertama maka lekosit diganti oleh makrofag.Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala-gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya tanpa menimbulkan kerusakan jaringan paru atau proses dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui kelenjar limfe regional. Makrofag yang mengalami infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini biasanya berlangsung selama 10-20 hari.
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat seperti keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblas menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa, membentuk jaringan parut yang akhirnya membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru-paru disebut fokus Ghon dan gabungan terserangnya kelenjar limfe regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Kompleks Gohn yang mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada orang sehat yang kebetulan menjalani pemeriksaan radiogram rutin.
Respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan dimana bahan cair lepas ke dalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke percabangan trakeobronkial. Proses ini dapat terulang kembali pada bagian lain dari paru atau basil dapat terbawa ke laring, telinga tengah atau usus.
Kavitas kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat dengan perbatasan bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran yang ada dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui saluran limfe atau pembuluh darah (limfohematogen). Organisme yang lolos dari kelenjar limfe akan mencapai aliran darah dalam jumlah yang lebih kecil yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain (ekstrapulmoner). Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi bila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk ke dalam sistem vaskuler dan tersebar ke dalam sistem vaskuler ke organ-organ tubuh.
D.    Manifestasi klinik
Tuberkulosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan  bahkan kadang-kadang asimtomatik.
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala sistemik:
1.      Gejala respiratorik, meliputi:
a.       Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan.Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
b.      Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis atau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darak terjadi karena pecahnya pembuluh darah.Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.
c.       Sesak napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lain-lain.
d.      Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan.Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.
2.      Gejala sistemik, meliputi:
a.       Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam hari mirip demam influeza, hilang timbul dan makin lama makin panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.
b.      Gejala sistemik lain
Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta malaise.
Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.
E.     Proses keperawatan
A.  Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan Tuberkulosis paru (Doengoes, 2000) ialah sebagai berikut :
1.      Riwayat perjalanan penyakit
a.       Pola aktivitas dan istirahat
Subjek
Objek
Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas pendek), demam, menggigil.

Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris (40 -410C) hilang timbul.

b.      Pola nutrisi
Subjek
Objek
Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.
Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub kutan.

c.       Respirasi
Subjek
Objek
Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada
Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di daerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas, pengembangan pernapasan tidak simetris (effusi pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).
d.      Rasa nyaman/nyeri
Subjek
Objek
Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.

e.       Integritas ego
Subjek
Objek
Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada harapan.
Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah tersinggung.
f.       Keamanan
Subjek
Objek
adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker.
demam rendah atau sakit panas akut.
g.      Interaksi sosial
Subjek
Objek
Perasaan isolasi/ penolakan karena penyakit menular, perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/ perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
-

2.      Riwayat penyakit sebelumnya
a.       Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh.
b.      Pernah berobat tetapi tidak sembuh.
c.       Pernah berobat tetapi tidak teratur.
d.      Riwayat kontak dengan penderita Tuberkulosis Paru.
e.       Daya tahan tubuh yang menurun.
f.       Riwayat vaksinasi yang tidak teratur
3.      Riwayat pengobatan sebelumnya
a.       Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya.
b.      Jenis, warna, dosis obat yang diminum.
c.       Berapa lama. pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan penyakitnya.
d.      Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.
4.      Riwayat sosial ekonomi
a.       Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu dan tempat bekerja, jumlah penghasilan.
b.      Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikisi dengan bebas, menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang marnpu, masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak, masalah tentang masa depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan putus harapan.
5.      Faktor pendukung
a.       Riwayat lingkungan.
b.       Pola hidup.
Nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan tidur, kebersihan diri.
c.       Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit, pencegahan, pengobatan dan perawatannya.
6.      Pemeriksaan diagnostik
1)   Pemeriksaan Laboratorium
a.    Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit
b.    Ziehl-Neelsen  (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah) : Positif untuk basil asam-cepat.
c.    Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradcrmal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mikobakterium yang berbeda.
d.   Anemia bila penyakit berjalan menahun
e.    Leukosit ringan dengan predominasi limfosit
f.     LED meningkat terutama pada fase akut umumnya nilai tersebut kembali normal pada tahap penyembuhan.
g.    GDA           : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat dan sisa kerusakan paru.
h.    Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB; adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis.
i.      Elektrolit     : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi; contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat ditemukan pada TB paru kronis luas.
2)      Radiologi
a.    Foto thorax      : Infiltrasi lesi awal pada area paru atas simpanan kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan perubahan menunjukan lebih luas TB dapat termasuk rongga akan fibrosa. Perubahan mengindikasikanTB yang lebih berat dapat mencakup area berlubang dan fibrous. Pada foto thorax tampak pada sisi yang sakit bayangan hitam dan diafragma menonjol ke atas.
b.    Bronchografi   : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau kerusakan paru karena TB.
c.    Gambaran radiologi lain yang sering menyertai TBC  adalah penebalan pleura, efusi pleura atau empisema, penumothoraks (bayangan hitam radio lusen dipinggir paru atau pleura).

3)      Pemeriksaan fungsi paru
Penurunan kualitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara residu: kapasitas paru total dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural.
B.     Diagnose keperawatan
1.      Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.
2.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret yang kental, edema bronchial.
3.      Gangguan keseimbangan  nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kelelahan, batuk yang sering, adanya produksi sputum, dispnea, anoreksia, penurunan kemampuan finansial.
4.      Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi paru, batuk menetap.
5.      Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi aktif.
6.      Risiko tinggi infeksi penyebaran / aktivitas ulang infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat, fungsi silia menurun/ statis sekret, kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar, malnutrisi, terkontaminasi oleh lingkungan, kurang informasi tentang infeksi kuman.
7.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
8.      Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan berhubungan dengan tidak ada yang menerangkan, interpretasi yang salah, informasi yang didapat tidak lengkap/tidak akurat, terbatasnya pengetahuan/kognitif
C.    Rencana keperawatan
1)      DiagnosaKeperawatan : Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.
Tujuan :Setelah diberikan tindakan keperawatan kebersihan jalan napas efektif
Intervensi
Rasional
a.       Kaji  ulang fungsi pernapasan: bunyi napas, kecepatan, irama, kedalaman dan penggunaan otot aksesor
b.      Catat kemampuan untuk mengeluarkan secret atau batuk efektif, catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis
c.       Berikan pasien posisi semi atau Fowler, Bantu/ajarkan batuk efektif dan latihan napas dalam
d.      Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, suction bila perlu
e.       Pertahankan intake cairan minimal 2500 ml/hari kecuali kontraindikasi.
f.       Lembabkan udara/oksigen inspirasi.
g.      Kolaborasi pemberian obat: agen mukolitik, bronkodilator, kortikosteroid sesuai indikasi.
a.       Penurunan bunyi napas indikasi atelektasis, ronki indikasi akumulasi secret/ketidakmampuan membersihkan jalan napas sehingga otot aksesori digunakan dan kerja pernapasan meningkat
b.      Pengeluaran sulit bila sekret tebal, sputum berdarah akibat kerusakan paru atau luka bronchial yang memerlukan evaluasi/intervensi lanjut.
c.       Meningkatkan ekspansi paru, ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan peningkatan gerakan sekret agar mudah dikeluarkan.
d.      Mencegah obstruksi/aspirasi. Suction dilakukan bila pasien tidak mampu mengeluarkan sekret.
e.       Membantu mengencerkan secret sehingga mudah dikeluarkan.
f.       Mencegah pengeringan membran mukosa.
g.      Menurunkan kekentalan sekret, lingkaran ukuran lumen trakeabronkial, berguna jika terjadi hipoksemia pada kavitas yang luas.

2)      Diagnosa Keperawatan :Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret yang kental, edema bronchial.
Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan pertukaran gas efektif,
Intervensi
Rasional
a.       Kaji dispnea, takipnea, bunyi pernapasan abnormal. Peningkatan upaya respirasi, keterbatasan ekspansi dada dan kelemahan.
b.      Evaluasi perubahan-tingkat kesadaran, catat tanda-tanda sianosis dan perubahan warna kulit, membran mukosa, dan warna kuku
c.       Anjurkan untuk bedrest, batasi dan bantu aktivitas sesuai kebutuhan
a.       Tuberkulosis paru dapat rnenyebabkan meluasnya jangkauan dalam paru-paru yang berasal dari bronkopneumonia yang meluas menjadi inflamasi, nekrosis, pleural effusion dan meluasnya fibrosis dengan gejala-gejala respirasi distress.
b.      Akumulasi secret dapat menggangp oksigenasi di organ vital dan jaringan.
c.       Mengurangi konsumsi oksigen pada periode respirasi.
3)      Diagnosa Keperawatan :Gangguan keseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kelelahan, batuk yang sering, adanya produksi sputum, dispnea, anoreksia, penurunan kemampuan finansial.
Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan  kebutuhan nutrisi adekuat,
Intervensi
Rasional
a.       Catat status nutrisi paasien: turgor kulit, timbang berat badan, integritas mukosa mulut, kemampuan menelan, adanya bising usus, riwayat mual/rnuntah atau diare
b.      Kaji ulang  pola diet pasien yang disukai/tidak disuka
c.       Monitor intake dan output secara periodic
d.      Catat adanya anoreksia, mual, muntah, dan tetapkan jika ada hubungannya dengan medikasi. Awasi frekuensi, volume, konsistensi Buang Air Besar (BAB)
e.       Lakukan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernapasan
f.       Anjurkan makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat.
a.       Berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan intervensi yang tepat.
b.      Kaji ulang  pola diet pasien yang disukai/tidak disuka
c.       Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan.
d.      Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk meningkatkan intake nutrisi.
e.       Mengurangi rasa tidak enak dari sputum atau obat-obat yang digunakan yang dapat merangsang muntah.
f.       Memaksimalkan intake nutrisi dan menurunkan iritasi gaster.

4)      Diagnose keperawatan :Risiko tinggi infeksi penyebaran / aktivitas ulang infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat, fungsi silia menurun/ statis sekret, kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar, malnutrisi, terkontaminasi oleh lingkungan, kurang informasi tentang infeksi kuman
Tujuan :Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko penyebaran infeksi. Menunjukkan/melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.
Intervensi
Rasional
a.    Review patologi penyakit fase aktif/tidak aktif, penyebaran infeksi melalui bronkus pada jaringan sekitarnya atau aliran darah atau sistem limfe dan resiko infeksi melalui batuk, bersin, meludah, tertawa., ciuman atau menyanyi
b.   Identifikasi orang-orang yang beresiko terkena infeksi seperti anggota keluarga, teman, orang dalam satu perkumpulan.
c.    Anjurkan pasien menutup mulut dan membuang dahak di tempat penampungan yang tertutup jika batuk.
d.   Gunakan masker setiap melakukan tindakan.
e.    Monitor temperatur.
f.    Identifikasi individu yang berisiko tinggi untuk terinfeksi ulang Tuberkulosis paru, seperti: alkoholisme, malnutrisi, operasi bypass intestinal, menggunakan obat penekan imun/ kortikosteroid, adanya diabetes melitus, kanker.
g.   Tekankan untuk tidak menghentikan terapi yang dijalani.
h.   Pemberian terapi INH, etambutol, Rifampisin.
i.     Pemberian terapi Pyrazinamid (PZA)/Aldinamide, para-amino salisik (PAS), sikloserin, streptomisin.
j.     Monitor sputum BTA
a.       Membantu pasien agar mau mengerti dan menerima terapi yang diberikan untuk mencegah komplikasi
b.      Orang-orang yang beresiko perlu program terapi obat untuk mencegah penyebaran infeksi.
c.       Kebiasaan ini untuk mencegah terjadinya penularan infeksi.
d.      Mengurangi risilio penyebaran infeksi.
e.       Febris merupakan indikasi terjadinya infeksi.
f.       Pengetahuan tentang faktor-faktor ini membantu pasien untuk mengubah gaya hidup dan menghindari/mengurangi keadaan yang lebih buruk.
g.      Periode menular dapat terjadi hanya 2-3 hari setelah permulaan kemoterapi jika sudah terjadi kavitas, resiko, penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan.
h.      INH adalah obat pilihan bagi penyakit Tuberkulosis primer dikombinasikan dengan obat-obat lainnya. Pengobatan jangka pendek INH dan Rifampisin selama 9 bulan dan Etambutol untuk 2 bulan pertama.
i.        Obat-obat sekunder diberikan jika obat-obat primer sudah resisten.
j.        Untuk mengawasi keefektifan obat dan efeknya serta respon pasien terhadap terapi.

5)      Diagnosa keperawatan : Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan berhubungan dengan tidak ada yang menerangkan, interpretasi yang salah, informasi yang didapat tidak lengkap/tidak akurat, terbatasnya pengetahuan/kognitif
Tujuan :Menyatakan pemahaman proses penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan. Melakukan perubahan prilaku dan pola hidup unruk memperbaiki kesehatan umurn dan menurunkan resiko pengaktifan ulang tuberkulosis paru. Mengidentifikasi gejala yang mernerlukan evaluasi/intervensi. Menerima perawatan kesehatan adekuat.
Intervensi
Rasional
a.    Kaji kemampuan belajar pasien misalnya: tingkat kecemasan, perhatian, kelelahan, tingkat partisipasi, lingkungan belajar, tingkat pengetahuan, media, orang dipercaya.
b.   Identifikasi tanda-tanda yang dapat dilaporkan pada dokter misalnya: hemoptisis, nyeri dada, demam, kesulitan bernafas, kehilangan pendengaran, vertigo.
c.    Tekankan pentingnya asupan diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) dan intake cairan yang adekuat.
d.   Berikan Informasi yang spesifik dalam bentuk tulisan misalnya: jadwal minum obat.
e.    jelaskan penatalaksanaan obat: dosis, frekuensi, tindakan dan perlunya terapi dalam jangka waktu lama. Ulangi penyuluhan tentang interaksi obat Tuberkulosis dengan obat lain.
f.    jelaskan tentang efek samping obat: mulut kering, konstipasi, gangguan penglihatan, sakit kepala, peningkatan tekanan darah
g.   Anjurkan pasien untuk tidak minurn alkohol jika sedang terapi INH.
h.   Rujuk perneriksaan mata saat mulai dan menjalani terapi etambutol.
i.     Dorong pasien dan keluarga untuk mengungkapkan kecemasan. Jangan menyangkal.
j.     Berikan gambaran tentang pekerjaan yang berisiko terhadap penyakitnya misalnya: bekerja di pengecoran logam, pertambangan, pengecatan.
k.   Anjurkan untuk berhenti merokok.
l.     Review tentang cara penularan Tuberkulosis dan resiko kambuh lagi
a.       Kemampuan belajar berkaitan dengan keadaan emosi dan kesiapan fisik. Keberhasilan tergantung pada kemarnpuan pasien
b.      Indikasi perkembangan penyakit atau efek samping obat yang membutuhkan evaluasi secepatnya
c.       Mencukupi kebutuhan metabolik, mengurangi kelelahan, intake cairan membantu mengencerkan dahak.
d.      Informasi tertulis dapat membantu mengingatkan pasien.
e.       Meningkatkan partisipasi pasien mematuhi aturan terapi dan mencegah putus obat.
f.       Mencegah keraguan terhadap pengobatan sehingga mampu menjalani terapi.
g.      Kebiasaan minurn alkohol berkaitan dengan terjadinya hepatitis
h.      Efek samping etambutol: menurunkan visus, kurang mampu melihat warna hijau.
i.        Menurunkan kecemasan. Penyangkalan dapat memperburuk mekanisme koping
j.        Debu silikon beresiko keracunan silikon yang mengganggu fungsi paru/bronkus.
k.      Merokok tidak menstimulasi kambuhnya Tuberkulosis; tapi gangguan pernapasan/ bronchitis.
l.        Pengetahuan yang cukup dapat mengurangi resiko penularan/ kambuh kembali. Komplikasi Tuberkulosis: formasi abses, empisema, pneumotorak, fibrosis, efusi pleura, empierna, bronkiektasis, hernoptisis, u1serasi Gastro, Instestinal (GD, fistula bronkopleural, Tuberkulosis laring, dan penularan kuman.

D.    Implementasi
Implementasi mengacu pada pelaksanaan rencana keperawatan yang sudah disusun. Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif.Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien.

E.     Evaluasi

1.      Diagnosa keperawatan 1 :Kebersihan jalan napas efektif, dengan kriteria evaluasi:
a.       Mempertahankan jalan napas pasien.
b.      Mengeluarkan sekret tanpa bantuan.
c.       Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas.
d.      Berpartisipasi dalam program pengobatan sesuai kondisi.
e.       Mengidentifikasi potensial komplikasi dan melakukan tindakan tepat.
2.      Diagnose keperawatan 2: Pertukaran gas efektif, dengan kriteria evaluasi:
a.       Melaporkan tidak terjadi dispnea.
b.      Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal.
c.       Bebas dari gejala distress pernapasan.
3.      Diagnose keperawatan 3 : Kebutuhan nutrisi adekuat, dengan kriteria evaluasi:
a.       Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai laboratoriurn normal dan bebas tanda malnutrisi.
b.      Melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan mempertahankan berat badan yang tepat.
4.      Diagnosa keperawatan 4:Tidak terjadi penyebaran/ aktivitas ulang infeksi, dengan kriteria evaluasi:
a.       Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko penyebaran infeksi.
b.      Menunjukkan/melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang. aman.
5.      Diagnose keperawatan 5 : Tingkat pengetahuan pasien meningkat, dengan kriteria evaluasi:
a.       Menyatakan pemahaman proses penyakit/prognosisdan kebutuhan pengobatan.
b.      Melakukan perubahan prilaku dan pola hidup unruk memperbaiki kesehatan umurn dan menurunkan resiko pengaktifan ulang luberkulosis paru.
c.       Mengidentifikasi gejala yang mernerlukan evaluasi/intervensi.
d.      Menerima perawatan kesehatan adekuat.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan tujuan maka kesimpulan yang diperoleh sebagai berikut :
1.      Penyakit Tubekulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis), sebagian besar kuman TB menyerang paru tetapi juga dapat mengenai organ tubuh yang lainnya.
2.      Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibersinkan atau dibatukkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara kemudian di hirup dan masuk kedalam paru-paru
3.      Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala sistemik
4.      Proses keperawatan terdiri dari (1) pengkajian yaitu  riwayat perjalanan penyakit, riwayat penyakit sebelumnya, riwayat pengobatan sebelumnya, riwayat sosial ekonimi, faktor pendukung, dan pemeriksaan diagnostik. (2) Diagnosa keperawatan terdiri 8 diagnosa (3)  perencanaan terdiri dari intervensi dan rasional yang dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan , (4) implementasi merupakan pelaksanaan intervensi keperawatan sudah disusun, (5) evaluasi merupakan hasil dari rencana keperawatan berdasarkan diagnosa.
B.     Saran
Sebagai seorang calon perawat profesional kita harus mengetahui tindakan apa yang harus di berikan kepada penderita tuberculosis. Terlebih lagi seorang perawat harus berfikir kritis dalam mengambil keputusan.


DAFTAR PUSTAKA
Buku
-        Brunner danSuddarth. 2001. KeperawatanMedikalBedah I. Penerbitbukukedokteran, EGC: Jakarta.
Internet
-        nursingisbeautiful.wordpress.com
-         nursingbegin.com
-         http://www.healthyrecipesdiary.org